Bagikan:

YOGYAKARTA – Tekanan untuk selalu tampil sempurna menjadi masalah besar dalam masyarakat modern. Dari keinginan untuk terlihat sempurna atau mendapatkan hasil yang tak kurang suatu apa, mungkin menyebabkan rasa tidak puas dan terlalu kritis pada diri sendiri.

Persoalan riil dalam perfeksionisme adalah membangun citra ideal yang tidak realistis. Tubuh ideal yang tidak realistis misalnya, dapat menyebabkan suasana hati yang negatif, perilaku kompulsif, dan gangguan makan. Melansir paparan Marianne Etherson, Ph.D, peneliti yang fokus pada perilaku perfeksionisme dari York St John University dan University og Glasgow, UK, semakin tekanan meningkat gangguan makan terus pula meningkat.

Gangguan makan ditandai dengan pikiran obsesif dan hubungan yang tidak sehat dengan makan. Terang Etherson dilansir Psychology Today, Jumat, 27 Januari, gangguan makan termasuk anoreksia nervosa, bulimia nervosa, orthorexia, dan gangguan makan yang ditentukan lain atau OFSED.

perfeksionisme memicu gangguan makan
Ilustrasi perfeksionisme memicu gangguan makan (iStock/Motortion)

Anorexia nervosa dan bulimia nervosa berakar pada ketakutan akan kenaikan berat badan serta ketidakpuasan tubuh. Keduanya berbeda, bulimia karena pembatasan pola makan yang melibatkan kehilangan kendali atas konsumsi makanan. Orthorexia melibatkan obsesi yang tidak sehat terhadap kualitas makan, bukan kuantitas. Sedangkan OFSED, gangguan makan yang menyebabkan penderitaan yang signifikan secara klinis.

Semua jenis ganggguan makan, dapat menghabiskan banyak waktu, merusak kesehatan, dan kualitas hidup seseorang. Bahkan mereka yang tidak memiliki kelainan dapat menderita tekanan yang signifikan. Gangguan makan dipengaruhi berbagai faktor, perfeksionisme termasuk salah satunya.

Perfeksionisme, ditandai dengan penetapan standar irasional dan kritik diri yang keras. Faktor risiko yang sangat kuat pada seseorang perfeksionis adalah mengalami gangguan makan. Karena seseorang yang menginginkan kesempurnaan mencari satu hal yang tidak dapat dicapai dan memaksakan diri sendiri.

perfeksionisme memicu gangguan makan
Ilustrasi perfeksionisme memicu gangguan makan (iStock/ThomasVogel)

Perfeksionis dianggap rentan terhadap gangguan makan karena mereka menetapkan standar yang tidak realistis dan kaku untuk mencapai berat badan atau fisik ideal dan mengkritik diri sendiri dengan keras ketika mereka tidak memenuhi standar tersebut. Orang-orang ini terlibat dalam pemikiran hitam-putih dan memandang sesuatu yang kurang dari kesempurnaan sebagai kegagalan.

Perjuangan mencapai kesempurnaan, bisa membuat seseorang kehilangan kendali dalam aspek eksternal pada hidup mereka. Terlepas kontrol melalui diet, olahraga, atau perilaku lain yang menurutnya sebagai kompensasi mencapai kesempurnaan.

Perilaku kompensasi semacam itu merupakan upaya untuk mempromosikan rasa kesempurnaan atau menyembunyikan tanda-tanda ketidaksempurnaan. Keengganan untuk mengakui atau mengungkapkan ketidaksempurnaan ini penting mengingat kerahasiaan adalah karakteristik umum gangguan makan.

Rekomendasi Etherson untuk mengatasi perfeksionisme, seseorang perlu mencoba melepaskan standar yang kaku. Terapi perilaku kognitif juga bisa dilakukan untuk membantu mengenali, mengubah cara berpikir, merasakan, dan mengubah perilaku menyimpang. Selain itu, penting juga untuk belajar menyayangi diri sendiri dan menunjukkan kebaikan yang lebih besar. Ditambah lagi, penting menumbuhkan rasa welas asih yang membantu menruunkan pemikiran yang kaku dan perilaku perfeksionisme.