YOGYAKARTA – Optimisme adalah tentang bagaimana kita memandang sesuatu. Aspek emosional tentu tak bisa diabaikan, apalagi mendorong pikiran negatif. Pikiran negatif akan membentuk tindakan seseorang. Contohnya, cara memandang kegagalan sebagai proses pembelajaran bagi seorang optimis atau kerikil yang selalu menghantui sepanjang perjalanan.
Optimisme berasal dari kata Latin, optimum, berarti “yang terbaik”. Dalam psikologi, optimisme adalah seperangkat keyakinan dan sifat yang membantu seseorang merefleksikan aspek positif kehidupan daripada aspek negatif. Ini adalah pola bagaimana seseorang bertahan dengan kekuatan personal.
Pada dasarnya, seseorang yang optimis memperhatikan pola pikir positif dalam mengatasi masalah. Melansir Positive Psychology, Senin, 3 Juli, menanamkan optimisme, tidak peduli betapa sulit kelihatannya, adalah fokus utama dari psikoterapi yang berpusat pada orang kontemporer. Optimisme secara langsung terkait dengan berkurangnya depresi, kecemasan, dan stress. Seseorang yang optimis, lebih sehat baik secara fisik dan mental. Untuk meningkatkan ketahanan, strategi koping, dan tingkat optimisme, berikut cara menurut rekomendasi pakar.
1. Selt-talk positif
Penting bagi seseorang untuk mengingat apa yang paling menyenangkan hari ini. Ini juga membantu membuat rencana untuk keesokan harinya. Dengan mengingat hal menyenangkan, menumbuhkan pemikiran positif. Selain itu, tumbuhkan self-talk positif yang membantu langkah Anda jadi lebih ringan. Kurangi mengkritisi diri sendiri dan terima diri sendiri tanpa syarat.
2. Mengembangkan empati
Berempati berarti memahami dan mengakui, dalam konteks cara berpikir optimis, yaitu mengakui perasaan diri dan menyadari setiap tindakan. Cara kedua ini juga bisa diajarkan pada anak-anak, dengan memberi contoh perilaku empati. Dengan berempati, Anda bisa menerima dan merefleksikan hal yang sama pada saat-saat stres nanti.
3. Fokus pada usaha daripada hasil
Usaha dalam melakukan sesuatu lebih berharga daripada hasilnya. Bayangkan saja, seberapa keringat yang mengucur dari kerja keras Anda. Misalnya, berkomitmen untuk berpartisipasi dalam kegiatan tertentu akan sangat bernilai daripada mengkhawatirkan siapa yang dapat lebih banyak. Penting pula menghargai upaya yang telah Anda lakukan dalam mencapai hasil.
4. Mengingat saat-saat bahagia
Pemikiran negatif dapat mendorong seseorang untuk percaya bahwa masa-masa sulit tidak pernah berakhir. Mengingat kembali pengalaman masa lalu, yang membuat Anda sedih pada awalnya, tetapi kemudian dapat mengatasinya, bisa dijadikan motivasi.
5. Mengubah perspektif
Pergeseran dari perspektif negatif ke positif penyebab sekaligus konsekuensi dari optimisme. Pahamilah bahwa hampir tidak mungkin mendapatkan semua seperti yang kita inginkan. Ini jadi keberangkatan untuk meluaskan wawasan. Begitu Anda belajar mengelola ekspektasi dan melihat masalah apa pun dengan penalaran rasional, Anda mungkin lebih mudah menyesuaikan diri dengan kenyataan yang dialami.
BACA JUGA:
Perlu dipahami bahwa merangkul optimisme tidak membuat kita kebal terhadap stres dan kekhawatiran. Optimisme mengajarkan bagaimana melihat apa yang salah dan tetap berharap itu bisa diperbaiki. Orang yang optimis, mampu membangun ketahanan dan termotivasi membentuk harapan untuk terus maju ke depan.