YOGYAKARTA – Bagi Anda yang sering berpandangan negatif, atau sering dikenal dengan berpola pikir pesimisme, penting untuk mengenali efeknya pada kesehatan mental. Meskipun sesekali bisa bermanfaat untuk pengembangan diri, tetapi sifat yang berkebalikan dengan optimisme ini penting untuk dikontrol.
Pesimisme adalah kebalikan dari optimisme, di mana berpusat pada kenegatifan. Seringkali seseorang dengan pesimisme memiliki pandangan hidup yang negatif. Sedangkan orang yang selalu melihat dari sudut pandang positif, cenderung melihat keuntungan atau disebut berpola pikir optimis. Misalnya, seseorang yang pesimis menganggap hujan bisa menggagalkan rencana dan membuatnya sedih. Tetapi orang optimis memikirkan bagaimana air hujan bisa menyuburkan tanah dan bisa melihat Pelangi.
Psikolog memandang pesimisme dan optimisme sebagai garis. Melansir VerywellMind, Senin, 12 Juni, di salah satu ujung garis terletak seorang pesimis murni, yang mungkin percaya bahwa hidup tidak memiliki arti, tujuan, nihilisme, atau memiliki banyak sinisme. Di sisi lain adalah optimis murni, yang mungkin begitu positif sehingga terlepas dari kenyataan.
Setiap orang memiliki pasang surut, ketika cara berpikir mereka lebih negatif atau positif. Keadaan hidup dan pengaruh waktu dan pengalaman juga memengaruhi pesimisme atau optimisme relatif kita. Orang bisa lebih optimis tentang satu bidang kehidupan dan kurang optimis tentang yang lain. Namun, cara berpikir seseorang biasanya condong ke salah satu ujung spektrum. Ini menghasilkan kepribadian yang lebih pesimis. Seseorang yang pesimis, ditandai dengan beberapa hal. Termasuk diantaranya sebagai berikut:
- Terkejut ketika semua upaya benar-benar berhasil
- Tidak mengejar yang diinginkan karena berpikiran akan gagal
- Cenderung fokus pada apa yang salah dalam suatu situasi
- Berpikir risiko lebih besar daripada manfaat
- Memanipulasi diri dan meremehkan kemampuan diri
- Cederung berkonsentrasi pada kekurangan dan kelemahan disbanding kekuatan
- Sering terganggu dengan orang-orang yang optimis
- Sering terlibat self-talk negatif
- Berasumsi semua hal baik pada akhirnya berakhir
- Merasa lebih mudah dengan status quo daripada mengubah keadaan menjadi lebih baik
Seseorang memiliki pola pikir pesimis bisa didorong beberapa faktor, diantaranya genetika, dinamika keluarga, pengalaman masa lalu, dan faktor sosial atau lingkungan. Dengan pola pikir pesimisme, seseorang bisa mengalami efek negatif. Seperti cenderung memiliki sedikit dukungan sosial, ketahanan yang lebih rendah, kemampuan yang berkurang untuk mengatasi stress, dan kecenderungan depresi serta gangguan kecemasan lebih besar.
Seorang pesimis akan sering meremehkan hal-hal positif dalam suatu situasi sambil meningkatkan fokus mereka pada hal-hal negatif. Seorang optimis akan melakukan sebaliknya, memperbesar peristiwa positif sambil meminimalkan hal negatif dalam suatu situasi.
BACA JUGA:
Meskipun berdampak negatif, pola pikir pesimisme juga bermanfaat. Terutama ketika dosisnya sehat dan cenderung mudah mengantisipasi hambatan karena mereka mengharapkan sesuatu yang salah. Artinya dengan pola pikir pesimis seseorang cenderung merencanakan kesulitan yang akan dihadapi. Nah, tetapi kalau mulai berlebihan bisa membuat Anda terlalu stres sehingga memengaruhi kesehatan fisik dan kesejahteraan secara keseluruhan.