5 Efek Buruk Pola Pengasuhan <i>Snowplow</i>, Pertama: Membuat Buah Hati Sulit Mengatasi Frustasi
Ilustrasi pola pengasuhan anak, pola pengasuhan snowplow (Unsplash/Xavier Mouton Photographie)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Pola pengasuhan snowplow atau bajak salju, ialah pola asuh yang tak putus memastikan anak tidak mengalami rintangan. Orang tua yang menerapkan pola parenting snowplow ‘membersihkan’ masalah yang menghalangi jalan anak mereka.

Pola pengasuhan ini, tidak berbeda dengan pengasuhan helikopter, yang mana memastikan anak melewati jalan mulus. Alih-alih mengasah keterampilan anak untuk mandiri, orang tua yang mempraktikkan pengasuhan ini justru mengambil terlalu banyak tanggung jawab dan pengalaman anak-anak. Menurut Carolyn Daitch, Ph.D., direktur Center for the Treatment of Anxiety yang berbasis di Detroit, mengatakan bahwa orang tua biasanya berperan besar dalam keberhasilan atau kegagalan anak-anaknya di masa depan.

Dalam pandangan yang setuju dengan pola pengasuhan ini, mereka mengemukakan alasan. Di antaranya kecemasan orang tua terhadap anak-anaknya di zaman yang serba cepat dan riuh informasi. Ketakutan orang tua terhadap hal buruk yang menimpa anaknya, menjadi salah satu pendorong mengaplikasikan pola parenting yang selalu memantau jalannya anak-anak mereka. Tetapi, di samping kecemasan orang tua, terdapat efek buruk dari pola parenting snowplow. Melansir Parents, Kamis, 6 Oktober, berikut efek negatif yang berpotensi dialami anak pada masa depan.

1. Kesulitan mengatasi frustasi

Jessica Lahey, penulis The Gift of Failure: How the Best Parents Learn to Let Go So Their Children, menjelaskan bahwa anak-anak yang memiliki orang tua sangat direktif kurang nyaman dengan frustasi. Karena itu, anak-anak kurang mampu menyelesaikan tugas-tugas sulit sendiri.

pola pengasuhan anak, pola pengasuhan snowplow
Ilustrasi pola pengasuhan anak, pola pengasuhan snowplow (Unsplash/Kelly Sikkema)

Mengatasi kesulitan adalah pelajaran bagi anak untuk mengatasi perasaan frustasi. Tetapi karena diasuh oleh orang tua yang mempraktikkan pola snowplow, mereka mudah menyerah pada tantangan pertama. Ini perihal bagaimana anak-anak mampu belajar mengatasi permasalahannya sendiri.

2. Keterampilan memecahkan masalah yang buruk

Sorang ahli developmental-bahavioral dan dokter anak yang berbasis di California, Damon Korb menggambarkan pengasuhan bajak salju ini sebagai pelari cepat. Meskipun hidup adalah maraton, orang tua dengan pengasuhan ini mungkin berhasil mendorong anak-anak untuk kompetitif. Mereka bahkan membantu anak mereka masuk ke perguruan tinggi terbaik atau pendidikan terbaik. Tetapi, ini bisa merampas kemampuan anak mereka untuk belajar bagaimana memecahkan masalah. Anak-anak kurang bisa berjuang sendiri, yang mana ini merupakan keterampilan hidup.

3. Kurang efikasi diri

Anak-anak yang kurang mengenal konsekuensi dari tindakan mereka sendiri, mengarah pada kurangnya efikasi diri. Jelas Lahey, anak-anak tidak percaya bahwa tindakan mereka akan mengarah pada perubahan positif. Mereka cenderung pasif dan tidak bertindak sejak awal. Kondisi ini disebut ketidakberdayaan yang dipelajari, dan orang tua adalah guru pertama dan terbaik bagi anak-anak.

4. Meningkatnya kecemasan

Ketika orang tua menerapkan pengasuhan snowplow, kecemasan yang dialami anak tidak diselesaikan dari akarnya. Orang tua lebih menenangkan ketakutan alih-alih mengajari anak-anak mereka bagaimana mengelola situasi yang menantang, keterampilan mengatasi kecemasan, dan meningkatkan ketahanan.

Dengan cara ini, orang tua menularkan kecemasan mereka pada anak-anak ketika membuat keputusan ketika dilingkupi kecemasan.

5. Anak-anak jadi penyendiri

 Tidak hanya berkaitan dengan aspek mental, efek buruk pola pengasuhan snowplow juga memengaruhi aspek sosial. Anak-anak lebih nyaman menarik diri dari lingkup sosialnya karena tidak memiliki keterampilan untuk berjuang membuka relasi sosial. Mereka akan bergantung pada orang tuanya termasuk pada aspek sosialnya.

Itulah efek buruk dari pola pengasuhan snowplow. Saran dari dokter Korb, lebih baik merangkul perjuangan anak dan mengembangkan pola pikirnya. Orang tua juga peru fokus pada tujuan jangka panjang. Tambahnya lagi, jadilah orang tua yang melihat ‘gambaran besar’ di mana mempersiapkan masa dewasa buah hati secara bertahap dan memberi mereka kesempatan untuk berpikir secara mendiri.