5 Dampak Orang Tua yang Egois pada Pertumbuhan Emosional Anak
Ilustrasi dampak orang tua egois (Unsplash/Izzy Park)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Orang tua egois yang mementingkan diri sendiri menciptakan hubungan psikologis tak baik dengan anak-anaknya. Karena sikap tersebut, anak-anak jadi melayani ego orang tuanya. Respons psikologis dari sikap orang tua egois, anak lebih membentuk kepribadian yang rentan terhadap konflik.

Apa efeknya pola pengasuhan orang tua yang egois pada anak-anaknya? Berikut, dilansir Psychology Today menurut Christine B.L. Adams, MD., psikiater dan asisten penulis buku Living on Automatic: How Emotional Conditioning Shapes Our Lives and Relationship.

1. Kebutuhan emosional anak tak tercukupi

Orang tua yang tak berempati pada kebutuhan emosional anak mungkin menciptakan kecemburuan. Orang tua jadi cemburu dengan langkah yang diambil anak ketika menjadi dirinya sendiri. Hubungan antara orang tua-anak yang buruk, menciptakan timbal balik yang tidak sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan, dan kesejahteraan anak.

Sifat hubungan orang tua dengan anak-anaknya diringkas oleh Nina W. Brown, EdD, LPD, dalam Children of the Self-Absorbed dan juga oleh Lindsay C. Gibson, PsyD. dalam Adult Children of Emotionally Immature Parents.

Menurut dua buku tersebut, orang tua yang egois memanipulasi anak untuk memastikan sorotan kekaguman tetap ada pada orang tua. Dengan begitu, kebutuhan emosional anak tak diperhatikan secara baik.

2. Harga diri dan kepercayaan diri anak rendah

Harga diri yang rendah pada gilirannya dapat menciptakan kecemasan dan depresi, pikiran untuk bunuh diri, penyalahgunaan zat, dan perilaku melarikan diri. Ada berbagai macam konsekuensi yang diderita anak-anak karena tumbuh dengan orang tua yang egois.

dampak orang tua egois
Ilustrasi dampak orang tua egois (iStockphoto)

Lebih spesifik, Adams memaparkan bahwa ketika individualitas anak diabaikan, itu memengaruhi harga diri dan kepercayaan diri. Anak-anak akan menanggapi keegoisan orang tua dengan berbeda berdasarkan gaya kepribadian anak. Gaya tersebut diciptakan oleh bagaimana seorang anak dikondisikan secara emosional dalam keluarga.

3. Anak terpaksa menyelesaikan ‘pekerjaan’ berat

Melawan adalah cara anak-anak fokus pada diri sendiri. Ketika orang tuanya egois dan anak-anak harus memenuhi kebutuhan orang tua, maka mereka akan membentuk kekuatan meskipun tidak diinginkan orang tuanya.

Dalam alam bawah sadarnya, anak-anak meyakini kuat secara psikologis untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan orang tua, betapapun sulitnya itu bagi mereka. Karena tujuan yang mereka capai untuk memuaskan keinginan orang tua, ketika gagal mereka akan merasa bersalah, mencaci diri sendiri, kehilangan harga diri, hingga kepercayaan diri.

4. Anak-anak meniru orang tuanya

Adams memberikan analogi, ada dua kacang polong dalam satu polong. Orang tua dan anak bisa memiliki kepribadian yang sama. Pada akhirnya, orang tua dan anak bersaing ketat untuk menjadi pribadi yang paling egois. Saat menemukan jalan buntu, salah satu pihak berkemungkinan mundur dengan caranya, misalnya melarikan diri dari rumah, melukai diri sendiri, atau terlibat dalam masalah hukum.

5. Anak-anak sering mengabaikan diri sendiri

Adams dan rekannya menemukan bahwa anak-anak dengan berkepribadian egois sering menikan dengan pasangan yang mementingkan diri sendiri. Mereka fokus untuk menyenangkan dan merawat pasangan mereka. Bahkan, anak-anak dengan orang tua egois bisa mengabaikan diri sendiri dalam hubungan.

Saran Adams bagi orang tua, perlu kiranya untuk menghilangkan beberapa pengkondisian emosional. Orang tua juga perlu membesarkan anak-anak dengan cara yang wajar, mendengarkan kebutuhan anak, mempertimbangkan sudut pandang mereka, dan menerapkan bimbingan dengan disiplin serta bijaksana.