YOGYAKARTA – Pola asuh uninvolved parenting adalah gaya pengasuhan yang ditandai rendahnya daya tanggap dan tuntutan. Ini dianggap pola asuh orang tua yang lalai dan tidak terlibat dalam kehidupan anak mereka. Dalam artian ortu tidak memenuhi kebutuhan dasar maupun emosional. Ortu yang menjalankan pola asuh ini juga tidak menetapkan batasan atau tidak mendisiplinkan anak-anaknya.
Di samping gaya pengasuhan yang diidentifikasi oleh Diana Baumrind pada tahun 1950-an, diantaranya gaya asuh otoritatif, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif, pada tahun 1983 Maccoby dan Martin menambahkan tipe pola asuh ke-4, yaitu uninvolved parenting. Gaya pengasuhan ini tidak terlibat atau mengabaikan kebutuhan dasar anak-anaknya. Ciri-ciri pola asuh uninvolved parenting, diantaranya sebagai berikut:
- Prang tua yagn tidak responsif dan tidak menuntut.
- Pola asuh yang tidak peduli.
- Tidak menunjukkan kehangatan atau kasih sayang terhadap anak-anaknya.
- Bertindak dengan cara yagn acuh tak acuh dan jauh.
- Ortu tidak membantu atau mengurus kebutuhan dasar anak-anaknya.
- Tidak memberikan dukungan emosional.
- Tidak menetapkan aturan, batasan, dan ekspektasi terhadap perilaku anak-anaknya.
- Tidak menunjukkan minat pada tugas sekolah, aktivitas, atau penampilan anak mereka.
- Tidak melibatkan diri dalam kehidupan anak-anak mereka secara keseluruhan.
Menurut penelitian dilansir Parenting for Brain, Kamis, 14 September, anak-anak yang mengalami pola asuh ini, dua kali lebih mungkin untuk melakukan kekerasan fisik.
Penyebab orang tua mengaplikasikan pola asuh uninvolved parenting karena berasal dari keluarga disfungsional dan menerima pengasuhan yang dianggap lalai ini. Mereka yang menjalankan juga cenderung memiliki masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecanduan alkohol. Selain itu, penyebab umum lainnya adalah riwayat masalah penyalahgunaan obat terlarang dalam keluarga.
Para peneliti menemukan bahwa banyak orang tua yang kecanduan dibesarkan oleh orang tua yang kecanduan itu sendiri (hingga 83%) dan diabaikan selama masa kanak-kanak (hingga 55%)4. Orang tua yang kecanduan yang memiliki karakteristik kepribadian antisosial dan memilih pasangan yang cenderung menyalahgunakan narkoba atau masalah kesehatan mental lainnya memiliki risiko lebih tinggi untuk menjadi lalai.
Dampak dari pola asuh ini, membuat anak-anaknya cenderung mengalami Nasib yang buruk. Pengasuhan yang lalai ini, juga dapat berdampak buruk terhadap perkembangan dan kesejahteraan anak. Efek buruknya seperti lebih impulsif dan kurang pengendalian, kurang berprestasi di sekolah, keterampilan pengaturan emosi rendah, harga diri rendah, mengalami gangguan mood, dan cenderung mengembangkan borderline personality disorder.
BACA JUGA:
Penting dipahami, orang tua yang sibuk belum tentu merupakan orang tua yang lalai. Beberapa orang tua memiliki pekerjaan yang padat. Tetapi mereka bisa mengalokasikan waktu khusus untuk dihabiskan bersama buah hatinya. Mereka juga bisa menunjukkan ketertarikan pada kehidupan anaknya. Selain juga menciptakan hubungan emosional ketika menghabiskan waktu bersama meski tidak terlalu sering. Pola asuh uninvolved parenting, bisa dihindari apabila mempertimbangkan kualitas daripada kuantitas dalam membangun hubungan orang tua-anak yang sehat.