JAKARTA - Tak ada yang salah dengan bersikap tegas maupun lunak kepada anak-anak. Namun, ada satu pendekatan pola pengasuhan yang sedang diperbincangkan akhir-akhir ini, yakni peaceful parenting, yang mengedepankan cara-cara lembut dan penuh kesadaran.
Pengasuhan ini juga menonjolkan solusi kooperatif dan lebih mengajak anak untuk berempati dalam menyadari kesalahannya dibanding menghukum, sehingga kelak dia mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
Melalui hubungan orang tua anak yang didasari hubungan saling percaya, menghormati dan mencintai ini, diharapkan anak mampu mengembangkan keterampilan sosial, keterampilan hidup, dan kemampuan berpikir kritisnya sehingga kelak menjadi sosok yang cakap, welas asih, mampu menyelesaikan konflik, bertanggung jawab, dan menghormati diri sendiri dan orang lain.
Bagaimana cara bertransformasi ke gaya pengasuhan ini? Berikut lima tips transisi menuju peaceful parenting dari Laura Markham, Ph.D., penulis buku Peaceful Parent, Happy Kids: How To Stop Yelling and Start Connecting sebagaimana dilansir dari Psychology Today, Senin, 2 Januari.
Berdamai dengan Diri Sendiri
Atur emosi Anda. Setiap kali Anda merasa kesal atau marah pada anak coba lakukan ini: stop bicara, hentikan aktivitas, dan tarik napas. Memarahi anak hanya akan menimbulkan luka batin padanya. Jadi, lebih baik pilih berdamai dengan diri sendiri daripada harus mengungkapkan kekesalan pada si kecil.
Jelaskan Apa yang Terjadi
Saat anak sudah cooling down, jelaskan alasan Anda meminta anak menjalani konsekuensi atas perbuatannya. Jangan lupa, tetap beri anak motivasi, misalnya, dengan mengatakan anak sudah bersikap lebih baik dari sebelumnya.
Ajak Anak Lebih Kooperatif
Misalnya, katakan pada anak bahwa Anda ingin semua orang bersama-sama membuat suasana menjadi lebih baik. “Mama akan berusaha keras agar tidak marah-marah, mendengarkan dan bersikap baik sama Kakak. Tapi Kakak juga berjanji agar selalu baik sama Adik, ya?”.
BACA JUGA:
Win-Win Solutions
Jangan marah-marah dulu saat anak terlibat masalah, tapi tawarkan solusi yang lebih baik. Misalnya, saat si sulung memarahi si adik karena memainkan mainan kesukaannya tanpa izin, katakan, “Mama tahu kamu marah pada adikmu, tapi jangan memukul adik, ya. Yuk, kita cari saja tempat menyimpan yang aman agar adik tidak bisa mengambilnya sembarangan.”
Buat Batasan
Semakin Anda fleksibel dalam menangani kesalahan anak, maka semakin baik kesan Anda di mata anak. Terapkan batasan dengan tetap mengindahkan sudut pandang anak. Saat ia menolak untuk lekas mandi dan berhenti bermain, coba katakan, “Kamu ingin terus main dan tidak berhenti sampai saatnya tidur. Ya, Mama yakin kalau kamu sudah besar, kamu main sepanjang malam setiap hari. Tapi sekarang, kita mandi dulu ya.”