YOGYAKARTA – Cara berpikir yang beracun atau toksik, mendorong seseorang untuk memperlakukan orang lain dengan buruk. Seperti menyerang, berkomentar jahat, dan bersikap defensif. Cara berpikir toksik juga dapat merusak dan berdampak negatif pada hubungan.
Jeffrey Bernstein, Ph.D., psikolog dan penulis buku tentang relationship, mengatakan bahwa penting untuk membingkai ulang pikiran toksik supaya tak memantik masalah. Misalnya ketika pasangan Anda sedang tak banyak bicara, pikirkan bahwa ia sedang sibuk tetapi tetap mencintai Anda. Dengan pikiran tersebut, gejolak emosi negatif, seperti pasangan yang dirasa tak peduli tak menghantui pikiran Anda. Perlu pula diingat, pikiran toksik berikut ini bisa memantik masalah dalam hubungan berpasangan.
1. Menyalahkan atau tak pernah peduli
Pikiran ini kerap disebut all-or-nothing, yang mana selalu menganggap perlakuan pasangan salah terus dan tidak pernah melakukan hal yang benar. Pikiran ini sarat akan ranjau peledak, maka lebih baik menghormati pandangan pasangan, lebih tenang menanggapi masalah, dan bersikap lebih konstruktif alih-alih kaku.
2. Selalu mengingat kesalahan pasangan
Setiap orang melakukan kesalahan, tetapi tidak selalu begitu. Artinya berbahaya jika Anda menyimpulkan bahwa setiap perilaku pasangan adalah kesalahan. Lebih baik, tanyakan pada diri sendiri sebelum kesimpulan tersusun. Pahami dan bersabarlah pada pasangan serta diri Anda sendiri.
3. Melabeli
Memberi label pada seseorang, khususnya secara negatif, artinya melupakan kualitas positif mereka. Misalnya, melabeli pasangan Anda pemalas. Saran Bernstein, perbaiki label negatif dengan membingkai ulang perilaku yang mendukung dan bersifat positif. Contohnya, hargai pasangan ketika dia turun tangan membantu Anda ketika membutuhkan sesuatu untuk memperbaiki rumah.
4. Tidak adil dan tidak rasional
Menyalahkan pasangan atas masalah yang terjadi dalam hubungan tentu tidak adil. Pasalnya, hubungan terjalin atas upaya dua orang. Artinya, perlu pemikiran rasional sebelum menumpahkan kesalahan pada pasangan. Cobalah berpikir bahwa Anda juga bertanggung jawab atas pilihan hidup Anda.
5. Tak bisa mengontrol emosi
Baik Anda ataupun pasangan, perlu mengontrol emosi dengan baik. Ini dimulai dari pikiran yang jernih dan tenang. Kalau emosi sumbu pendek, sulit untuk menangani nalar bekerja dengan baik. Jadi, perbaiki kebiasaan sehat untuk menjaga diri sendiri, seperti diet sehat, olahraga, dan tidur cukup.
6. Bersumsi negatif
Terkadang imajinasi yang terlalu aktif dapat mendorong asumsi negatif dalam hubungan. Misalnya, Anda bisa mencapai kesimpulan negatif yang tidak berdasarkan kenyataan. Kalau pasangan Anda sedang sibuk di kantor, bukan berarti ia berselingkuh bukan?. Lebih baik, saran Bernstein, cobalah lebih percaya pada pasangan tetapi tetap saling mengupayakan komunikasi yang jujur.
BACA JUGA:
Kunci untuk mengatasi pikiran beracun ini, kata Bernstein dilansir Psychology Today, Jumat, 14 Juli, adalah dengna mencari dan memikirkan kualitas serta perilaku positif pasangan Anda. Penting dipahami, pasangan yang bahagia dan puas dengan hubungannya tidak terjebak dalam pikiran beracun. Mereka berpikir lebih realistis, lebih baik, dan lebih sehat tentang satu sama lain.