Bagikan:

JAKARTA - Publik saat ini tengah heboh dengan perbincangan kasus KDRT yang menimpa Lesti Kejora. Pada Rabu malam, 28 September, Lesti melaporkan suaminya, Rizky Billar ke Polda Metro Jaya atas tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Tindak KDRT seperti yang dialami Lesti tidak hanya menyebabkan cedera fisik saja. Tapi, kesehatan mental pun bisa jadi terganggu akibat tindak kekerasan ini. Dalam keluarga yang sudah memiliki anak, wanita bukanlah satu-satunya korban. Anak juga jadi korban yang kesehatan mentalnya bisa terganggu.

Melansir Healthy Place, Kamis, 6 Oktober, salah satu dampak tindak KDRT pada wanita adalah terganggunya kemampuan dia sebagai seorang ibu dalam mengasuh anak dan berkontribusi pada perkembangan positif si kecil. Selain itu, wanita korban KDRT juga rentan menderita serangkaian penyakit psikosomatik, gangguan makan, insomnia, gangguan pencernaan, nyeri sekujur tubuh, dan masalah kesehatan mental serius seperti gangguan stres pasca trauma (PTSD).

Ilustrasi KDRT pada Wanita (Annete Lusiana/Pexels)

Dampak lain KDRT pada wanita yaitu penyintas acap kali menyalahkan diri sendiri. Dikutip dari situs resmi yayasan Broxtowe Women’s Project Inggris, perilaku menyalahkan diri sendiri atau self-blaming ini bisa jadi disebabkan oleh manipulasi yang dilakukan oleh pelaku KDRT.

Oleh sebab itu, meskipun sulit dilakukan, wanita dan anak korban KDRT harus dibantu untuk menyadari bahwa kekerasan yang mereka alami bukanlah kesalahan mereka. KDRT sepenuhnya adalah kesalahan pelaku, bukan korban. 

Dalam tesis yang disusun oleh Courtney Fae Higgins di Ohio State University, Amerika Serikat, disebutkan bahwa kekerasan terhadap wanita berkaitan dengan komplikasi kesehatan, emosional, dan sosial. Salah satunya adalah perasaan rendah diri yang menyebabkan korban terus meragukan diri sendiri. Karena perasaan harga diri mereka yang rendah, para wanita ini menjadi terisolasi dari teman dan keluarga. Dan tidak berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang biasa dilakukan orang lain.

Ilustrasi Anak Korban KDRT (Mikhail Nilov/Pexels)

Sedangkan dampak kekerasan pada anak, baik dia sebagai saksi atau ikut menjadi korban adalah penarikan diri dari kedua orang tuanya, mengalami keterlambatan proses perkembangan diri, atau mengidap gangguan emosional.

Studi menunjukkan bahwa anak-anak dari rumah tangga yang penuh kekerasan, yang menyaksikan penganiayaan ibu di tangan ayah mereka. Mengalami masalah kesehatan mental yang serupa dan sama besarnya dengan yang dialami oleh anak-anak yang mengalami kekerasan fisik.

Anak-anak korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga juga cenderung menunjukkan sejumlah penyimpangan perilaku dan emosi, seperti;

  • Bertindak keras dalam menanggapi ancaman baik di sekolah atau di rumah
  • Mencoba bunuh diri
  • Menggunakan narkoba dan menyalahgunakan alkohol
  • Mengalami gangguan makan
  • Menyakiti atau melukai diri sendiri
  • Mengembangkan rasa cemasan dan depresi
  • Memiliki keterampilan sosial yang buruk
  • Terjerumus ke dalam hubungan yang abusive baik dalam pertemanan atau percintaan

Untuk itu, jika Anda atau orang terdekat Anda merupakan korban KDRT, pastikan untuk langsung mengambil langkah tepat guna melindungi diri dan atau orang tersayang Anda, termasuk anak-anak. Tetapkan langkah saling mendukung wanita dan anak-anak korban KDRT di luar sana.