JAKARTA - Usmar Ismail dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada Rabu, 10 November 2021. Penyematan gelar pahlawan nasional juga dilakukan dalam rangka peringatan Hari Pahlawan.
Sosok Usmar Ismail jarang dibicarakan. Meskipun tidak bertempur di ladang perang, Usmar Ismail adalah orang di balik hadirnya perfilman Indonesia.
Lahir pada 20 Maret 1921 di Bukittinggi, Sumatra Barat, Usmar Ismail besar dan tumbuh dengan berbagai cerita dan gemar menonton bioskop. Melansir situs Badan Bahasa, Usmar juga menyukai sastra sejak duduk di bangku SMP.
Setelah duduk di bangku SMA, Usmar semakin memperdalam sastra dan drama di sekolahnya. Dia bekerja di Keimin Bunka Sidosho yaitu Kantor Besar Pusat Kebudayaan Jepang.
Tahun 1943, Usmar Ismail dan abang serta teman-temannya mendirikan kelompok sandiwara yang diberi nama Maya. Dari sana, lahir berbagai karya teater modern di Indonesia di antaranya Taufan di Atas Asia dan Liburan Seniman.
BACA JUGA:
Usmar juga sempat mendirikan media bernama Rakyat, Patriot, dan Arena. Perjalanannya di dunia jurnalistik sempat terhenti setelah dijebloskan penjara oleh Belanda usai meliput perundingan Belanda dan RI pada tahun 1948.
Selepas dipenjara, Usmar bekerja di industri perfilman dan membuat Perusahaan Film Nasional Indonesia. Usmar pun memulai produksi film pertamanya, Darah dan Doa pada tahun 1950.
Film Darah dan Doa ditayangkan perdana di Istana Negara. Kemudian, dia mulai membuat film seperti Enam Jam di Yogya (1951), Dosa Tak Berampun (1951), Lewat Djam Malam (1954), Tiga Dara (1955), dan lainnya. Usmar Ismail meninggal pada 2 Januari 1971 setelah sakit stroke akibat bisnisnya yang memburuk.
Penobatan Usmar Ismail sebagai Pahlawan Nasional juga bertepatan dengan Festival Film Indonesia 2021 yang diselenggarakan pada hari yang sama. Nama Piala Citra juga diambil dari puisi Usmar berjudul Citra.