Eksklusif, Ketum GAPMMI Adhi S Lukman Meski BBM Naik, Kami Tidak Akan Naikan Harga Jual   
Menurut Ketum GAPMMI Adhi S Lukman, selama ini anggotanya sudah terbiasa menggunakan BBM non subsidi. (Foto: Rifai, DI: Raga/VOI)

Bagikan:

Harga BBM bersubsidi naik, namun tak membuat Anggota GAPMMI (Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia) aji mumpung menaikkan harga jual.  Kok bisa?  Soalnya menurut Ketua Umum GAPMMI Adhi S Lukman, selama ini dalam proses produksi anggotanya sudah terbiasa menggunakan BBM komersial alias BBM non subsidi, ketika sekarang harga BBM subsidi naik mereka tidak terlalu terpengaruh. Komitmen mereka pada konsumen sampai akhir tahun tidak akan ada kenaikan harga jual.

***

Tampaknya Adhi S Lukman dan anggota GAPMMI harus mempertimbangkan benar keputusan menaikkan harga. Apalagi menaikkan harga di saat daya beli masyarakat sedang melemah.  GAPMMI, lanjut Adhi berkomitmen untuk tidak menaikkan harga sampai akhir tahun 2022. “Terus terang saat ini kita sulit untuk menaikkan harga, karena kita mempertimbangkan daya beli masyarakat, beban masyarakat yang semakin meningkat dan menjelang akhir tahun. Di industri makanan dan minuman itu tidak bisa naik turun harga sesukanya, harus ada negosiasi dengan retail sebelum menaikkan harga. Ini akhirnya menjadi beban kami dan mengurangi margin keuntungan,” katanya.

Ia melanjutkan, pertimbangan jangka panjang demi menjaga daya beli masyarakat lebih dipilih untuk saat ini. “Kita lebih mempertimbangkan jangka panjang. Saat ini tidak perlu menaikkan harga sambil melihat situasi. Apalagi sekarang harga BBM komersial sedikit turun. Lalu harga komoditi pangan juga sudah turun, tidak setinggi bulan Februari dan Maret lalu. Semoga kita bisa mengolah keadaan ini sampai akhir tahun 2022,” katanya.

Lalu di mana pengaruh kenaikan BBM bagi industri makanan dan minuman?  “Kalau dirinci, untuk manufacturing, kita sudah bisa menggunakan BBM komersial. Jadi sudah terbiasa dengan naik turun harga. Di saat sekarang pun kita tidak perlu bahas lagi karena kami tidak menggunakan BBM subsidi,” katanya.

Yang akan berpengaruh itu pada biaya logistik di hulu dan di hilir. Pengaruh kenaikan 30 persen harga BBM menurut Adhi jika dikalkulasi akan keluar angka  sekitar 0,9 sampai 1 persen. Inilah kenaikan yang akan ditanggung oleh pengusaha industri makanan dan minuman di sisi hilir. “Anggap saja di sisi hulunya kenaikannya sama.  Berarti kira-kira kenaikan BBM ini berpengaruh pada industri makanan dan minuman  sekitar 1 sampai 2 persen,” katanya.

Tampaknya angka ini masih dalam tahap yang bisa dikompromikan oleh GAPMMI. Karena itu mereka tetap tidak menaikkan harga meski dengan konsekwensi berkurangnya margin keuntungan. Setelah akhir tahun dan awal tahun 2023  baru GAPMMI akan mereview dampak kenaikan BBM yang kini terjadi. Soalnya saat itu mereka juga akan mempertimbangkan faktor tenaga kerja dan penyesuaian UMP.

Menurut Adhi S Lukman kemungkinan kenaikan akan ada, namun besarannya diharapkan tidak terlalu tinggi agar daya beli masyarakat tetap terjaga. “Kalau ditanya naik ya kemungkinan naik tapi besarannya semoga tidak terlalu tinggi,” katanya kepada Iqbal Irsyad, Edy Suherli, dan Rifai dari VOI menemuinya di JiEXPO, Kemayoran. Inilah petikan selengkapnya.

Pengaruh kenaikan harga BBM kata  Ketum GAPMMI Adhi S Lukman berkisar 1-2 persen. (Foto: Rifai, DI: Raga/VOI)
Pengaruh kenaikan harga BBM kata Ketum GAPMMI Adhi S Lukman berkisar 1-2 persen. (Foto: Rifai, DI: Raga/VOI)

Setelah ditunda akhirnya pemerintah mengumumkan harga baru BBM, bagaimana Anda merespon hal ini sebagai Ketum GAPMMI?

Kenaikan harga BBM itu memang sulit dihindarkan, dan pemerintah akhirnya mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi berkitar 30 persen. Kondisi ini juga ada pengaruh global dan kita tidak bisa pungkiri pemerintah sudah tidak kuat menanggung beban subsisi BBM yang terus membengkak. Meski harus naik kami mengapresiasi pemerintah karena pemerintah memperhatikan masyarakat kelas menengah ke bawah yang sangat membutuhkan bantuan dan BLT dan bansos untuk masyarakat yang membutuhkan disiapkan sekitar Rp32 triliun, semoga ini bisa membantu masyarakat yang terdampak.

Untuk produsen makanan dan minuman, sektor BBM itu berapa persen dari total biaya?

Bagi industri makanan dan minuman ada pengaruhnya. Kalau dirinci, untuk manufacturing, kita sudah bisa menggunakan BBM komersial. Jadi sudah terbiasa dengan naik turun harga. Di saat sekarang pun kita tidak perlu bahas lagi karena kami tidak menggunakan BBM subsidi. Yang akan berpengaruh itu pada biaya logistik di hulu dan di hilir.  Struktur biaya di hilir perkiraan saya kontribusi logistik distribusi sekitar 4 sampai 8 persen, kalau di rata-rata 6 persen. Lalu dari sisi transporter 40 sampai 50 persen untuk biaya BBM. Kalau BBM naiknya 30 persen kontribusinya akan berpengaruh sekitar 15 persen. Jika dikalkulasi akan keluar angka  sekitar 0,9 sampai 1 persen. Inilah kenaikan yang akan ditanggung oleh industri makanan dan minuman di sisi hilir. Anggap saja di sisi hulunya kenaikannya sama.  Berarti kira-kira kenaikan BBM ini berpengaruh pada industri makanan dan minuman  sekitar 1 sampai 2 persen.

Jadi tidak akan ada kenaikan harga?

Terus terang saat ini kita sulit untuk menaikkan harga, karena kita mempertimbangkan daya beli masyarakat, beban masyarakat yang semakin meningkat dan menjelang akhir tahun. Karena di industri makanan dan minuman itu tidak bisa naik turun harga sesukanya, karena harus ada negosiasi dengan retail. Ini akhirnya menjadi beban kami dan mengurangi margin keuntungan.  Kita lebih mempertimbangkan jangka panjang, sementara tidak perlu menaikkan harga sambil melihat situasi. Apalagi sekarang harga BBM komersial sedikit turun. Lalu harga komoditi pangan juga sudah turun, tidak setinggi bulan Februari dan Maret. Semoga kita bisa mengolah ini sampai akhir tahun 2022. Awal tahun baru kita review semua apakah akan ada kenaikan atau tidak. Karena kami juga akan mempertimbangkan faktor lain seperti tenaga kerja. Inilah yang bisa kami sumbangkan untuk pemulihan ekonomi saat ini. 

Ketum GAPMMI Adhi S Lukman berkomitmen sampai akhir tahun tak akan naikkan harga jual. (Foto: Rifai, DI: Raga/VOI)
Ketum GAPMMI Adhi S Lukman berkomitmen sampai akhir tahun tak akan naikkan harga jual. (Foto: Rifai, DI: Raga/VOI)

Untuk pengusaha makanan besar mungkin kuat, tapi bagaimana dengan UMKM yang belanja bahannya harian?

Bagi pengusaha makanan besar yang stocking-nya besar biasaya relatif bisa mensiasati dan mereka pun tidak menaikkan harga jual produknya. Yang rentan itu memang UMKM, biasanya strategi mereka mengurangi ukuran. Untuk industri makanan dan minuman yang kuat relatif bisa bertahan dengan keadaan ini. Nanti awal tahun akan direview apakah ada kenaikan. Sepertinya ada dan semoga tingkat kenaikannya tidak terlalu besar.

Selama ini apa yang kerap dikeluhkan oleh anggota GAPMMI?    

Selama ini terutama di luar Jawa sebelum BBM naik antrian di SPBU itu luar biasa panjang karena kurang pasokan.  Bagi kami antri itu merugikan.  Tantangan dari kami adalah kenaikan BBM ini mengurangi profitabilitas kami, Beban yang ada kita redam dengan mengurangi margin. Itu tantangannya.

Sekarang seperti apa kondisi pasokan BBM terutama di luar Jawa?

Saya dapat laporan setelah kenaikan BBM pasokan sudah lancar. Pasokan dari Pertamina juga mulai pulih kembali. Kami berharap ini bisa memperlancar  pengiriman barang lagi.

Apakah ada bantuan dari pemerintah atau insentif untuk anggota GAPMMI selama pandemi?   

Ada bantuan tunai bagi pekerja yang mendapatkan UMP sebesar  600 ribu. Ada juga keringanan penundaan pembayaran BPJS TK beberapa bulan di masa pandemi. Ada juga untuk komoditas tertentu bea masuknya ditanggung oleh pemerintah. Sekarang bantuan itu sudah distop oleh pemerintah. Yang kita harapkan adalah ketersediaan bahan baku dan  memungkinkan untuk pengurangan bea masuk bahan baku. Karena semua negara sekarang berebut bahan baku.

Bagaimana GAPMMI bertahan dari serangan produk impor yang masuk ke dalam negeri?

Saat ini tidak ada masalah dengan masuknya barang-barang impor. Kecuali kalau dan praktik usaha yang tidak sehat, dan itu ada laporannya. Jadi sampai saat ini belum ada upaya dari pemerintah untuk memberikan proteksi. Biasanya yang diimpor itu tidak bersaing langsung dengan industri dalam negeri. Dari pengusaha dalam negeri sebaiknya meningkatkan inovasi dan daya saing produknya, agar bisa merebut pasar.

Berapa besar sumbangsih industri makanan minuman pada Produk Domestik Bruto (PDB) nonmigas?

Saya kira industri makanan minuman kontribusi terhadap peningkatan PDB non migas terus meningkat. Kita sudah berkontribusi sebesar 38 persen dan pertumbuhan positif lebih baik sampai semester 1 Tahun 2022 pertumbuhan kita sudah 3,68 tahun lalu pertumbuhan kita 2,5. Jadi saya kira sudah lebih baik meskipun belum kembali normal seperti tahun-tahun sebelumnya biasanya berkembang sekitar 7 persen. Sampai akhir tahun saya optimis angka pertumbuhan bisa mencapai 5 persen.

GAPMMI sering menggelar pameran, apa manfaat yang dirasakan selama ini?  

Pameran itu  sangat efektif dalam rangka mempromosikan dan menginformasikan produk kepada para pembeli. Lewat pameran kadang terjadi transaksi. Pameran kita juga bisa melihat kekuatan dan kelemahan pesaing baik dari dalam maupun luar negeri. Pada masa pandemi kemarin pameran tidak ada kalau ada pun secara virtual. Padahal makanan dan minuman harus melihat dan dirasakan secara langsung. Pameran adalah salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan banyak hal. Tahun ini semua pameran sudah seara fisik. Pameran akan sangat membantu industri makanan minuman, untuk selalu berinovasi.  Anggota kami yang inovasinya bagus perkembangannya juga pesat.

Apa pengaruh perang Rusia dan Ukraina bagi anggota GAPMMI?

Bahan baku dari Ukraina Rusia seperti gandum melonjak tinggi di awal perang.  Namun bersyukur bisa digantikan oleh negara lain seperti Brazil, Argentina dan Australia. Sekarang harga sudah menurun, yang harus diwaspadai tahun depan, kalau perang masih terjadi petani tak bisa tanam. Karena itu keinginan presiden agar kita bisa memiliki alternatif bahan pangan baru, yang bisa menggantikan bahan pangan yang sekarang bisa menjadi pertimbangan. 

Adhi S Lukman: Nikmatilah Pekerjaan Kita Agar Tidak Stres!

Pekerjaan itu harus nikmati kata Ketum GAPMMI Adhi S Lukman  (Foto: Rifai, DI: Raga/VOI)
Pekerjaan itu harus nikmati kata Ketum GAPMMI Adhi S Lukman (Foto: Rifai, DI: Raga/VOI)

Pekerjaan itu seperti dua sisi mata uang, dia bisa menjadi beban dan bisa juga sebaliknya. Karena itu agar tak stres dengan pekerjaan yang menumpuk, kata Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonensia (GAPMMI) Adhi S Lukman, jangan jadikan pekerjaan sebagai beban. Jadi nikmatilah pekerjaan Anda apa  pun itu.

Kata kuncinya menurut Adhi, nikmati pekerjaan yang kita geluti, apa pun bidang dan profesinya. “Biar engga stres program yang sudah disusun diikuti dan laksanakan dengan baik. Nikmati prosesnya, itu yang paling penting.  Kalau kita tidak bisa menikmati pekerjaan akhirnya kita jadi stres, tertekan yang bisa menyebabkan kesehatan kita menurun,” kata alumni Institut Pertanian Bogor ini.

Apakah cukup dengan itu saja? Ternyata tidak. Ada lagi aktivitas pendukung yang harus  dilakukan, yaitu olahraga dan rekreasi. “Kegiatan fisik seperti olahraga dan berekreasi ke tempat wisata itu juga bisa menjadi penyeimbang kegiatan kita.  Jadi setelah bekerja keras di kantor diimbangi dengan olahraga dan rekreasi sehingga kita bisa tetap fit dalam menjalankan tugas di kantor,” ujar pria yang gemar bersepeda ini.

Olahraga juga bisa menjadi sarana berkumpul dan meningkatkan bonding dengan istri, dan anak-anak. “Saya akhir-akhir ini memang banyak sepeda. Kadang bersama  keluarga, kadang bersama teman-teman,” kata Adhi yang juga punya hobi memotret.

Saat bersepeda melintasi tempat-tempat indah dan panorama alam ciptaan yang Maha Kuasa, ia akan berhenti sejenak. “Sayang kalau ada momen yang bagus, tidak dipotret. Soalnya meski melewati jalan yang dan perkiraan waktu yang sama, belum tentu bisa menemukan momen indah yang sama. Karena hal itu dipengaruhi pula oleh cuaca,” ungkap pemilik kelompok usaha INACO ini.

Rekreasi bersama keluarga adalah ajang yang paling disuka Adhi. “Libur bersama ke luar kota dan sesekali ke luar negeri itu memang seru. Namun selama pandemi COVID-19 sedang tinggi-tinggi beberapa waktu yang lalu, kami tak bisa kita ke luar negeri. Mau diapain lagi, kami hanya liburan di dalam negeri saja. Toh obyek wisata di dalam negeri juga tak kalah indahnya,” katanya.

Momotret

Olahraga dana menjalankan hobi juga cara Adhi S Lukman untuk menyeimbangkan tugas dan pekerjaan. (Foto: Rifai, DI: Raga/VOI)
Olahraga dan menjalankan hobi adalah cara Adhi S Lukman untuk menyeimbangkan tugas dan pekerjaan. (Foto: Rifai, DI: Raga/VOI)

Soal hobi memotret diakui Adhi, dia bukan pehobi yang profesional. Namun karena aktivitas itu mengasyikkan dia terus melakoninya hingga saat ini. “Saya sudah lama hobi memotret, dari zaman kamera masih menggunakan rol film sampai sekarang yang menggunakan kamera digital. Semua saya pelajari secara otodidak,” lanjutnya.

Obyek foto yang paling sering dipotret Adhi adalah pemandangan alam. “Saya enggak tahu suka sekali dengan obyek foto landscape panoramic. Indah dan menenangkan hati saat memandangi kembali hasil jepretan kita,” katanya.

Kebanyakan aktivitas memotret itu dilakukan sembari melakukan perjalanan bisnis. Setelah usai kegiatan bisnis dan urusan kantor, Adhi akan mengeksplorasi daerah atau kota yang dia kunjungi.

Namun suatu kali ia memang mengkhususkan perjalanannya untuk memotret. “Biasanya saya memotret itu cuma sambilan saja, namun saya pernah benar-benar travelling untuk memotret. Saya pernah ke Jepang dan China. Jadi full waktu digunakan untuk memotret,” ungkapnya.

Ada satu pengalaman menarik memotret di pantai selatan Pacitan, Jawa Timur. Di sana alamnya indah sekali dan mirip seperti yang ada di Raja Ampat. “Pemandangannya indah sekali, jadi kalau penasaran melihat pemandangan Raja Ampat yang tersohor itu bisa melihat yang serupa meski tidak sama persis di Pacitan.Waktu saya memotret dulu masih sepi, sekarang sudah ramai yang berkunjung,” kata Adhi yang juga suka memotret beberapa air terjun di Pulau Jawa.

Makanan

Adhi S Lukman bersyukur masih bisa mengonsumsi  makanan apa saja, kuncinya adalah mengerem jangan sampai berlebihan.  (Foto: Rifai, DI: Raga/VOI)
Adhi S Lukman bersyukur masih bisa mengonsumsi makanan apa saja, kuncinya adalah mengerem jangan sampai berlebihan. (Foto: Rifai, DI: Raga/VOI)

Adhi bersyukur hingga saat ini ia masih bisa mengonsumsi  beragam makanan. Namun katanya memang harus ada rem dari dalam diri sendiri. “Sampai saat ini saya tidak punya pantangan apa-apa dalam urusan makanan atau diet tertentu. Semua bisa saya makan, tetapi memang kendali harus ada di kita, tidak boleh berlebihan. Selama masih dalam porsi yang wajar oke saja,” lanjut pria yang lulus  Fakultas Rekayasa & Teknologi Pertanian, Teknologi Pangan & Gizi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) lulus tahun 1984. Adhi punya jadwal sepekan sekali berkumpul bersama dengan istri, anak, dan cucu untuk  makan bersama. “Satu kali dalam sepekan kami biasanya berkumpul, untuk sekadar makan bersama. Bisa di rumah atau di rumah makan yang sudah anak-anak dan istri pilih. Jadi momen ini semakin mengakrabkan antara saya dengan istri, anak dan cucu,” katanya. 

Momen ini dianggap Adhi S Lukman sebagai penyeimbang hidupnya. “Kumpul makan bersama itu tidak hanya makan-makan. Namun buat saya itu bisa sebagai keseimbangan dalam hidup. Jadi kita tidak hanya memikirkan pekerjaan, tapi juga hiburan bersama keluarga,” katanya.

"Terus terang saat ini kita sulit untuk menaikkan harga, karena kita mempertimbangkan daya beli masyarakat, beban masyarakat yang semakin meningkat dan menjelang akhir tahun. Karena di industri makanan dan minuman itu tidak bisa naik turun harga sesukanya, karena harus negosiasi dengan retail sebelum menaikkan harga. Ini akhirnya menjadi beban kami dan mengurangi margin keuntungan.  Kita lebih mempertimbangkan jangka panjang, sementara tidak perlu menaikkan harga sambil melihat situasi,"

Adhi S Lukman