Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan berdampak terhadap harga bahan baku di industri makanan dan minuman atau mamin.

Pasalnya, kata Adhi, bahan baku untuk industri Mamin di Tanah Air masih sangat bergantung terhadap impor.

"Pelemahan ini memang buat mamin cukup menjadi masalah karena terus terang bahan baku kita masih banyak impor. Itu jadi masalahnya," ujar Adhi saat ditemui di kantor Kementerian Perindustrian, Selasa, 25 Juni.

Adhi mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), harga bahan baku untuk empat komoditas utama industri mamin, seperti gandum, susu, garam dan gula, telah menembus sekitar 9 miliar dolar AS.

"Kalau pelemahan menurut perbankan, year to date, tuh, sekitar 6,5 persen. Kalau 6,5 persen dari Rp16.000-an, kan, berarti sekitar Rp800, Rp800 dikali 9 miliar dolar AS itu baru yang empat komoditas utama. Itu sudah sekitar Rp500 triliun, ya, konsumsinya," kata dia.

Oleh karena itu, Adhi meminta agar pemerintah bisa mengintervensi agar nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tak terus melemah. "Berangkat dari itu, pemerintah harus bertahan jangan sampai jebol lagi. Kalau ini lewat lagi sangat berat sekali," ucapnya.

Meski rupiah sedang melemah, Adhi mengatakan belum ada kenaikan harga jual di industri mamin. Sebab, kata dia, industri mamin telah melakukan perubahan-perubahan. Salah satunya dari sisi pengemasan.

"Ini yang kami lakukan supaya daya beli masih bisa kami jaga, harga jual kami bisa bertahan," tuturnya.

Menurut Adhi, untuk industri mamin besar sangat sulit untuk langsung menaikkan harga jual lantaran membutuhkan proses yang sangat panjang.

"Kalau yang saya lihat (industri Mamin) menengah besar rata-rata tidak serta-merta naik harga. Karena kalau menengah besar naik harga itu biasanya panjang prosesnya," ungkap Adhi.

Lebih lanjut, Adhi mengatakan ditengah pelemahan rupiah saat ini, permintaan dari industri mamin masih cukup tinggi. Adapun pada kuartal I-2024 industri mamin olahan ekspor masih tumbuh 5 persen.

"Kalau kuartal I-2024, kami di mamin olahan ekspor masih tumbuh 5 persen," imbuhnya.

Adapun berdasarkan data kurs Jisdor Bank Indonesia, nilai tukar rupiah ditutup dengan harga Rp16.431 per dolar AS pada Senin, 25 Juni.

Posisi rupiah saat ini merupakan yang terlemah sejak 6 April 2020 atau sekitar empat tahun terakhir sejak adanya pandemi COVID-19.