Eksklusif, Bima Haria Wibisana Bicara Kecurangan Tes ASN hingga Polemik TWK KPK
Bima Haria Wibisana. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Bagikan:

Beragam persoalan mencuat belakangan dalam lingkup pegawai negeri sipil (PNS) atau aparatur sipil negara (ASN). Mulai dari kecurangan tes ASN yang terjadi di Buol Sulawesi Tengah yang menjadi viral, hingga polemik tes wawasan kebangsaan (TWK) yang membuat lebih dari 50 orang karyawan Komisi Pemberantasan Koruspi (KPK) dinyatakan tak lulus tes. Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Dr. Ir. Bima Haria Wibisana, MSIS., mengulas beragam persoalan ASN ini kepada tim VOI.

***

Soal terjadinya kecurangan tes ASN sejatinya, kata Bima Haria Wibisana, dirinya adalah orang yang paling sedih dan sakit hati. Soalnya sistem CAT (Computer Assisted Test) digunakan dalam tes tersebut ia yang susun dan bangun. Lewat sistem ini untuk pendaftaran dan seleksi calon CPNS mengikuti semua rangkaian kegiatan secara online. Namun ternyata sistem ini dibobol dengan cara yang tak terpuji. “Sesungguhnya saya yang paling terganggu dengan adanya kasus ini. Karena saya yang menciptakan sistem ini. Kurang ajar sekali orang-orang itu. This is my baby. Orang yang paling marah sesungguhnya saya dalam kasus ini,” katanya.

Sebelum menggunakan sistem CAT tes dan penerimaan CPNS dilakukan dengan cara manual. Dalam perkembangannya penggunaan sistem semi online sampai online penuh diterapkan. Dalam tiap periode, tes manual, semi online dan online selalu ada pihak-pihak yang percoba cara tak terpuji. Termasuk yang terakhir dengan cara remote access yang terjadi di Buol Sulawesi Tengah beberapa waktu yang lalu.

Remote Access adalah perangkat yang diinstal di PC (personal computer) CPNS yang bisa diakses orang luar. Yang memasang adalah oknum kepala BKPSDM Kabupaten Buol yang sekarang dinonaktifkan sementara proses perkara ini. Kepala BKN Dr. Ir. Bima Haria Wibisana, MSIS., amat geram dan ingin mereka yang terlibat dalam kasus ini ditindak tegas.

Persoalan lain yang menyita perhatian adalah proses tes wawasan kebangsaan (TWK) yang terjadi pada karyawan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Setelah menjalani tes, lebih dari 50 orang dinyatakan tak lolos TWK.  Bagi karyawan KPK yang tak lolos TWK ini dianggap sebagai upaya untuk menyingkirkan mereka yang tak sependapat dengan pemerintah. Karena itu mereka melakukan aksi penolakan.

Namun Bima punya argumentasi sendiri soal TWK untuk karyawan KPK ini. Menurutnya apa yang mereka lakukan sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. “ASN itu tugasnya melaksanakan tugas, apakah itu demokratis atau tidak ya begitulah ASN. Kalau orang tidak bisa memenuhi kriteria itu ya jangan masuk ASN. Kami tidak pernah bilang mereka (pegawai KPK yang tak lolos TWK) tidak fit sebagai pegawai KPK, tapi tidak fit sebagai ASN,” ujarnya kepada Iqbal Irsyad, Edy Suherli, Savic Rabos dan Rifai dari VOI yang menyambangi kantor BKN di bilangan Jl. Sutoyo, Jakarta Timur belum lama ini. Ia bicara banyak soal problematika yang dihadapi BKN dan persoalan ASN lainnya. Inilah petikan selengkapnya.

Bima Haria Wibisana. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)
Bima Haria Wibisana. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Profesi sebagai ASN masih banyak diminati oleh generasi muda, terutama di daerah, seperti apa Anda melihat realitas ini?

Pertama sistem seleksinya sudah menjadi lebih baik sehingga mereka percaya pada sistemnya. Dulu mereka kan punya image kalau tidak punya uang, tidak punya kenalan,  mereka tidak akan mendaftar menjadi PNS. Mereka sudah patah arang duluan sebelum bertarung. Dengan sistem yang baik dalam 7 tahun terakhir ini situasinya sudah berbeda.

Situasi ekonomi nasional juga sedang tidak sebaik sebelumnya, tidak banyak lapangan kerja yang bisa tercipta, sehingga mereka mencoba mencari pekerjaan alternatif, salah satunya adalah di birokrasi. Namun PNS atau ASN itu bukan diset sebagai tempat menampung lapangan pekerjaan dalam jumlah besar. Jumlahnya tak sebanding dengan tenaga kerja yang bisa diserap dari sektor industri, jasa, pertanian dan sektor produktif lainnya.

Jadi kalau mau menciptakan lapangan kerja pemerintah harus menciptakan dari sektor non PNS. Persoalannya tidak banyak daerah yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Papua misalnya,  hampir tidak ada lapangan kerja yang terbuka selain PNS.

Soal lain mengapa orang mau menjadi PNS karena gengsi dan status sosial. Di daerah tertentu mereka yang menjadi PNS itu masih dikategorikan pada golongan terpandang. Makanya masih banyak orangtua yang mendorong anaknya untuk menjadi PNS.

Orang sering membandingkan ASN dengan pekerja swasta, ASN condong lamban dan bekerja pas-bandrol, sementara pekerja swasta bersemangat karena sistem reward dan punishment berjalan, apa upaya BKN agar ASN juga punya semangat kerja tinggi, adakah aturan yang bisa membuat ASN lebih produktif dan tak bekerja pas-bandrol?

Mereka yang bekerja di sektor swasta itu targetnya jelas dari perusahaan. Kalau mereka tidak bisa mencapai target, perusahaan tidak profit, ya bubar. Jadi daya juangnya untuk bertahan dan mencapai target memang tidak sama. Itu yang membuat mereka yang bekerja di sektor swasta jauh lebih gigih, karena targetnya jelas dan bisa diukur.

Di sektor  PNS banyak pekerjaan di dalam pemerintahan itu yang nggak bisa diukur, karena pertama mungkin tidak berhubungan langsung dengan masyarakat. Misalnya mereka yang tugasnya membuat kebijakan publik, penelitian dan pengembangan yang tidak bisa diukur secara langsung dan tidak terlihat. Sebenarnya banyak yang berhasil, namun publik tidak melihatnya karena tidak berhubungan dengan pelayanan masyarakat. Kalau ini ada yang tidak punya teknologi dan mengandalkan Sistem manual.

Lalu soal kompetensi SDM-nya apakah mereka pernah dilatih untuk meningkatkan tingkat kepuasan masyarakat dalam melayani publik. Lalu soal integritas, ini yang menjadi PR besar. Bisa jadi karena income atau kebiasaan di suatu tempat.

Kalau mau jujur sistem administrasi SDM yang paling potent itu ada pemerintahan. Karena begitu detilnya diatur. Tapi kenapa tidak menghasilkan output yang sama. Ya karena faktor survival ASN tidak ada, jadi mereka bekerja seadanya saja. Mereka tidak boleh berada di dalam zona nyaman. Bagaimana caranya, kalau tidak berkinerja mereka bisa diberhentikan seperti pekerja di sektor swasta. Itu yang sedang kita lakukan. Kita mengubah penilaian kinerja menjadi lebih nyata.

Semuanya akan dibuat melalui sistem. Seseorang yang mau mutasi dia harus memprosesnya lewat aplikasi, kalau aplikasi menolak dia tak bisa pindah. Jadi mengurangi campur tangan pihak luar. Ini bisa memotong intervensi dari luar, sehingga atasannya bisa leluasa mengatur bawahannya.

Karena peminatnya banyak, persaingan untuk menjadi ASN amat sengit, tak jarang ada yang menggunakan jalur belakang dengan membayar sejumlah uang tertentu pada oknum agar bisa lolos jadi ASN, apakah Anda menemukan kasus seperti ini? Apa tindakan yang dilakukan BKN?

Image PNS itu masih tinggi di masyarakat, ini masih kuat. Mereka tak hanya mengejar kesejahteraan tapi juga gengsi dan kebanggaan keluarga. Ini yang menyebabkan sangat berkeinginan masuk PNS dengan segala cara.

Sebelum ada sistem CAT (Computer Assisted Test) dalam penerimaan PNS, percaloan ada di mana-mana. Sekarang percaloan lebih terorganisasi. Ini yang harus diwaspadai. Karena apa, kalau mereka masuknya sudah dengan tidak jujur, setelah menjadi PNS pasti mereka akan melalukan sesuatu. Kita tidak akan mendapatkan orang yang berintegritas, orang yang kompeten dalam pelayanan publik, kalau begini yang rugi masyarakat. Lewat sistem coba ditutup cela-cela itu dan membuat CPNS bersaing secara adil.

Engga susah kok tes PNS, soalnya inteligensia umum, karakteristik pribadi, wawasan kebangsaan, dan kalau belajar bisa kok. Tapi mengapa mereka tak mau belajar? Kami sudah tegaskan yang bisa memasukkan Anda jadi PNS adalah Anda sendiri dan doa pada Tuhan.

Bima Haria Wibisana. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)
Bima Haria Wibisana. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Salah satu kasus dugaan kecurangan seleksi CPNS terbaru dan viral terjadi di Buol Sulawesi Tengah, sampai Kemenpan-RB dan BSSN turun tangan, bagaimana BKN menyikapi kasus ini? Apa langkah yang diambil BKN?

Sesungguhnya saya yang paling terganggu dengan adanya kasus ini. Karena saya yang menciptakan sistem ini. Kurang ajar sekali ini orang-orang. This is my baby. Orang yang paling marah sesungguhnya saya dalam kasus ini. Sistem ini sudah dapat rekognisi dunia. Akhirnya saya bilang ke Pak Menteri kita harus keras menindak pelanggaran dalam kasus ini. Kalau ada yang terbukti dikeluarkan.

Bagaimana bisa bobol, apa karena sistem yang digunakan pembobol lebih canggih?

Ada oknum yang memaksa masuk ke ruang server, minta kunci secara paksa. Setelah masuk dia instal beberapa aplikasi yang ada. Kalau kayak gitu sebagus apa pun sistemnya jebol juga. Sekarang kita coba perbaiki lagi, mereka instal apa pun tak akan bisa terpakai karena kita menggunakan sistem yang di atasnya. Tapi bisa jadi mereka main mata dengan petugas. Kami melakukan investigasi dan akan lakukan hukuman keras kalau terbukti terlibat.

Kasus ini baru pertama kali terjadi. Ketika sistemnya semakin digital semakin banyak gangguannya. Soalnya kalau sistemnya manual terlalu banyak sistem yang harus ditembus. Bagaimana bisa melakukan remote acces kalau tidak melalui digital. Karena banyak pengaduan kita akan menciptakan sistem AI (artificial intelligence). Ini akan melihat adalah ketidakwajaran saat  seseorang mengerjakan tes. 

Beberapa kasus OTT KPK melibatkan ASN, yang terbaru dalam kasus bupati Dedi Alex Noerdin, di Sumsel, ASN seperti masuk dalam lingkaran setan birokrasi, yang membuat mereka “terperangkap” untuk melakukan laku korupsi karena atasannya yang mengomandoi, bagaimana tanggapan Anda?

Kalau kita menaikkan remunerasi ASN apakah akan berdampak pada ASN yang terlibat? Ada yang bilang engga ada yang bilang berdampak. ASN itu tipenya ada tiga. Pertama ASN seperti malaikat, meski gajinya kurang tapi kerjanya tetap bagus dan bersemangat. Ada juga ASN seperti manusia, sejatinya dia engga mau curang, tapi saat istrinya mau operasi, anaknya mau bayaran sekolah, dia akan melakukan segala cara untuk dapat sesuatu. Yang ketiga ASN seperti setan, mau dikasih gaji berapa pun tetap saja berbuat curang. Yang terakhir ditegakkan dengan hukum.

Ini bermula dari pemilukada yang biaya tinggi. Saat ada perintah dari atas karena pimpinannya mau maju dia mulai goyah. Kalau sudah tertanggkap OTT KPK kita serahkan saja penyelesaiannya dengan melalui proses hukum yang ada.

Pola pembinaan seperti apa yang dilakukan BKN secara general untuk semua instansi pemerintah agar ASN bisa bekerja baik, produktif dan tidak melakukan tindak pidana (korupsi)?

Bicara soal pembinaan dan pelajaran antikorupsi harus dimulai sejak kecil, tak bisa serta-merta. Kenapa kita tidak mulai dari kecil soal antikorupsi, bagimana membuat anak-anak merasa jijik dengan laku korupsi. Ini yang perlu dilakukan sejak dini. Persoalan korupsi harus dilakukan sejak kecil dengan mengoptimalkan pendidikan. Itu yang perlu dibangun dari kecil.

ASN itu mustinya netral dan tidak terlibat politik, namun pada kenyataannya mereka condong kepada calon tertentu yang berlaga di pilkada, saat jagonya menang dia akan mendapat posisi, dan sebaliknya saat jagonya kalah akan dimutasi ke pelosok atau nonjob, bagaimana Anda melihat fenomena seperti ini?

Sistem birokrasi kalau di Inggris pejabat baru tak bisa mengganti ASN. Sebaliknya di Amerika Serikat semua akan diganti kalau pemerintahan baru yang berkuasa. Mereka sudah terbiasa dengan pola seperti itu. Indonesia bagaimana? Di sini sistem Inggris bukan, Amerika juga bukan. Kita menggunakan sistem yang bukan-bukan, hehehe. Ini yang repot. Kewenangan ada di politisi tapi engga bisa diganti. Inilah sebenarnya tugas KASN (Komisi Aparatur Sipil Negara) untuk mengawasi hal ini. Kepala daerah minta dihilangkan peran KASN ini diamandemen. Tapi menurut saya ini amat diperlukan.

Soal Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) bagi CPNS sebera penting hal ini dilakukan, apakah tes untuk soal TWK ini bisa obyektif?

Pertanyaannya PNS seperti apa yang ingin kita cari. Pertama harus pintar, cara mengujinya dengan tes inteligensia umum. Apakah pandai saja cukup? Tidak, harus punya integritas. Cara mengujinya dengan karakteristik pribadi. Apakah itu akurat? Belum, itu kan baru tes permulaan. Mereka akan dilatih lagi pada karir berikutnya saat jadi ASN. Kalau tesnya di bawah standar tidak bisa. Selain itu ada lagi engga? Ya kebangsaan. Indonesia yang manjemuk ini harus diurus oleh ASN yang punya wawasan kebangsan. Untuk TWK CPNS masih bersifat pengetahuan. TWK ini penting sekali kalau mau menjadi ASN yang efektif. Ada yang pintar, lulusan universitas terkemuka di luar negeri, tapi wawasan kebangsaannya jeblok. Ini tak bisa jadi ASN.

Dari kasus karyawan KPK ada 51 yang tak lolos TWK, seperti apa persoalan ini?

KPK TWK-nya berbeda, karena posisinya sudah senior. Karena senior mereka tak pantas pakai TWK yang standar. Kami lalu gunakan TWK yang digunakan Dinas Psikologi Angkatan Darat (IMB 68) yang diadopsi dari extreme file test sebuah institut di Belanda. Itu digunakan di seluruh dunia dan validitasnya tinggi. Kami dibantu oleh pihak Psikologi Universitas Indoensia.

Isi TWK itu pernyataan sikap, bukan pengetahuan. Ada 7 skala sikap, apakah mereka memiliki wawasan kebangsaan yang memadai untuk menjadi ASN. Ternyata banyak yang gugur. Mungkin indikatornya terlalu militer, akhirnya kita kurangi. Tapi hasilnya seperti itu. ASN tidak boleh menolak pemerintah. Repot kalau ASN bisa menolak pemerintah. ASN itu tugasnya melaksanakan tugas, apakah itu demokratis atau tidak ya begitulah ASN. Kalau orang tidak bisa memenuhi kriteria itu ya jangan masuk ASN. Kami tidak pernah bilang mereka (pegawai KPK yang tak lolos TWK) tidak fit  sebagai pegawai KPK, tapi tidak fit sebagai ASN.

Kami sempat digugat atas semua ini. Namun dalam setiap jenjang pengadilan kami menang itu. Sampai ke putusan MA sekali pun. Karena tidak ada satu pun pasal yang kami langgar.

Tak lolos TWK ada wacana kalau mereka bisa diterima di Polri, menurut Anda?

Sekarang mereka sudah menjadi orang yang bebas, bukan lagi pegawai KPK. Ya silahkah saja kalau menerima tawaran itu. Itu prosesnya belum selesai. Kalau mau jadi ASN ada regulasi dan peraturan pemerintah, itu bukan saya yang membuat. Saya hanya menjalankan aturan yang ada, saya tidak punya kewenangan selain yang sudah diatur. 

 

Bima Haria Wibisana Tak Kenal Stres dalam Menjalankan tugas, Ternyata Ini Resepnya 

Bima Haria Wibisana. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)
Bima Haria Wibisana. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Bagi Dr. Ir. Bima Haria Wibisana, MSIS., tak ada alasan untuk stres ketika menjalankan tugasnya sebagai aparatur sipil negara (ASN). Soalnya dia mengerjakan semuanya sesuai dengan tupoksinya. Semua dilalukan tanpa kepentingan pribadi, fokus pada profesionalitas saja. Apa yang dilakukan dan diputuskan sebagai Kepala BKN Pusat semua orang bisa melakukan pengawasan.

“Ada yang tanya ke saya, dengan hiruk-pikuk yang terjadi dalam persoalan ASN belakangan ini kok engga stres? Saya bilang, saya hanya melaksanakan tugas, tidak punya kepentingan pribadi apa pun. Jadi engga pernah masuk ke hati,” ungkap pria kelahiran Jakarta, 19 Juli 1961 ini.

Itu tips pertama yang dia lakukan Bima. Yang kedua, menurutnya dalam menjalankan tugas harus sesuai dengan passion. “Saya selalu melakukan apa yang saya pikirkan dengan penuh semangat, dari dalam diri saya. Jadi saya melakukan semuanya dengan sebaik mungkin. Karena saya mengerjakannya dengan sepenuh hati. Apa yang ada di depan saya saya selesaikan,” lanjutnya.

Apakah yang dia lakukan akan sukses? Bima bilang tidak mengetahui apakah hal itu akan sukses atau sebaliknya. “Apakah saya akan sukses ya nggak tahu. Saya hanya serahkan pada yang Maha Kuasa soal itu. Apakah saya sukses atau tidak, saya tidak pernah menilai itu,” katanya. Kuncinya, adalah mengerjakan sebaik mungkin yang bisa dilakukan.

Buat Bima orientasi dalam melaksanakan tugas adalah menyelesaikan tugas sebaik mungkin. Soal hasil urusan belakang. Namun kalau sudah berusaha sebaik dan semaksimal mungkin, biasanya upaya tidak akan mengkhianati hasil. Dengan konsep seperti ini, ungkap Bima, dia sama sekali tidak terbebani dengan harus menghasilkan nilai atau pencapaian tertentu dalam tugasnya. Inilah yang membuatnya terhindar dari stres dengan urusan pekerjaan yang buat sebagian orang rumit dan pelik. Semua dilakukan dengan senang dan enjoy.

Saat upaya yang ia lakukan berhasil, dia tak pernah mengklaim keberhasilannya sebagai upaya dari tim BKN saja. Semuanya adalah kerja keras semua pihak untuk bangsa dan negara. “Setiap kebijakan BKN adalah milik bangsa ini. Jadi enteng saja menjalani tugas sebagai ASN. Saya masih bisa tidur dengan nyenyak dan makan dengan nikmat. Karena saya menjalankan tugas apa adanya dan dengan sebaik mungkin,” tandasnya.

Imunitas

Bima Haria Wibisana. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)
Bima Haria Wibisana. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Hal pertama yang harus dilakukan untuk meningkatkan imunitas menurut Bima, harus happy terlibih dahulu. Setelah itu baru memerhatikan persoalan fisik. “Saya mencoba memberikan hal-hak kepada fisik saya. Olahraga saya masih rutin. Kalau pas punya waktu sekitar 2 jam saya akan jogging sejauh 10 km.  Kalau waktunya kurang dari itu saya akan bersepeda 25 km. Alhamdulillah, itu yang secara rutin saya lakukan dan membuat fisik menjadi segar,” katanya.

Untuk makan dan minum sebenarnya dia tak ada pantangan, namun dengan berbagai pertimbangan dia dengan kesadaran sendiri melakukan pantang makanan lewat program ketofastosis. “Saya tidak makan karbo dan gula. Jadi saya mengomsumsi makanan selain dari dua hal itu,” kata Bima yang sudah lima tahun belakangan mempraktikkan ini. Apakah ada perubahan seperti fisik makin sehat dan bugar? “Yang saya rasakan ya sehat,” lanjutnya.

Namun diakui Bima ia biasanya tergoda saat ada undangan makan di restoran Padang. Untuk yang satu ini dia menyerah. “Susah juga kalau teman mengajak  ke rumah makan Padang. Hidangannya itu nyaris karbo semua soalnya. Kalau sudah begitu program keto saya berantakan, soalnya ketok-e enak kabeh (red; semua terlihat enak), hehehe. Masak makan rendang tanpa nasi. Kan engga enak,” katanya dengan tawa yang khas.

Cinta Lokasi

Bima Haria Wibisana. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)
Bima Haria Wibisana. (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Diakui jujur oleh Bima kalau dirinya sebenarnya cinta lokasi alias cinlok dengan istrinya. “Gimana engga cinlok, kami sama-sama kerja di Bappenas. Sama-sama pulang jam 10.00 malam. Setelah menikah kami sama-sama melanjutkan studi ke Amerika Serikat,” lanjut Bima yang menerangkan kalau dia dan istri punya dua momongan saat tugas belajar di negeri Paman Sam.

Dari pernikahannya dengan Dr. Ir. Sri Yanti, MPM., mereka dikarunia tiga anak. Dua di antaranya dilahirkan di kota Pittsburgh, Amerika;  Adella Faiqa Ranitria (1993) dan Edwina Leila Safiranti (1995). Sementara putra bungsunya; Imtinan Nadhim Pinandita (1998) dilahirkan di Indonesia.

Anak-anaknya pun yang sudah beranjak dewasa kini, sudah paham betul dengan rutinitas kedua orang tuanya yang harus mengabdikan dirinya bagi negara.  “Pulang malam buat saya dan istri sudah biasa, sudah sejak dahulu. Anak-anak pun sudah memahami keadaan ini. Jadi kalau sudah pulang cepat buat mereka jadi bertanya-tanya. Ada apa kok cepat pulangnya?,” katanya.

Dari ketiga anaknya, kini dua orang sudah menuntaskan pendidikannya. “Anak pertama saya mengikuti jejak kedua orang tuanya menjadi ASN. Dia bertugas sebagai dokter di RSUD Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Anak kedua kami menjadi seorang konsultan. Sedangkan anak ketiga sebentar lagi akan selesai kuliahnya,” ungkapnya.

Bima dan istri sadar betul waktu yang mereka punya keterbatasan waktu untuk  berjumpa dengan anak-anak. Namun kecanggihan teknologi telekomunikasi benar-benar dioptimalkan untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya. “Saya amat mengoptimalkan teknolohgi komunikasi untuk berinteraksi dengan anak-anak. Sekarang kan sudah ada grup WA keluarga, keluarga inti, keluarga besar dan seterusnya. Kalau kangen dengan anak-anak tinggal video call,” katanya. Namun  kalau sudah di rumah Bima akan lebih mengoptimalkan kesempatan bertemu dengan anak-anaknya. “Saya masuk ke kamar anak-anak, tiduran di sana, gitu deh,” lanjutnya.

Buat Dr. Ir. Bima Haria Wibisana, MSIS. anak-anak dianggapnya sebagai teman. Dia menerapkan pola komunikasi yang terbuka dengan buah-hatinya. “Komunikasi saya dengan anak-anak sudah beda dengan pola komunikasi orangtua saya dengan kakek saya. Dulu mana ada anak berani curhat dan berterus terang pada orang tuanya,” katanya sembari menekankan pentingnya komunikasi yang baik dengan anak-anak.

“ASN itu tipenya ada tiga. Pertama ASN seperti malaikat, meski gajinya kurang tapi kerjanya tetap bagus dan bersemangat. Ada juga ASN seperti manusia, sejatinya dia engga mau curang, tapi saat istrinya mau operasi, anaknya mau bayaran sekolah, dia akan melakukan segala cara untuk dapat sesuatu. Yang ketiga ASN seperti setan, mau dikasih gaji berapa pun tetap saja berbuat curang,”

Bima Haria Wibisana