Bagikan:

JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021 hanya akan mencapai 4 hingga 4,3 persen. Ia menilai pertumbuhan ekonomi 5 persen akan sulit dicapai.

Bahlil mengatakan alasannya karena terjadinya gelombang kedua pandemi COVID-19 di Tanah Air. Akibatnya, sulit untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi.

"Keyakinan kami di Kementerian Investasi, pertumbuhan ekonomi nasional di 2021 akhir tetap berpotensi tumbuh, di 5 persen agak berat, tapi 4 sampai 4,3 masih optimis saya," katanya dalam webinar, Minggu, 26 September.

Menurut Bahlil, dampak yang ditimbulkan dari gelombang kedua COVID-19 pada Juli 2021 lebih besar jika dibandingkan dengan periode 2020. Karenanya, pemerintah perlu menerapkan kebijakan pembatasan mobilitas ketat guna membendung penyebaran COVID-19 varian Delta.

Lebih lanjut, Bahlil mengatakan selama ini strategi yang dibuat yang dijalankan pemerintah selalu berubah menyesuaikan keadaan. Bahkan, strategi yang sedang dijalankan pun bisa berubah dalam hitungan minggu.

"Kita pakai konsep tiba saat, tiba akal. Hampir seluruh dunia tidak ada satupun buku yang bisa dijadikan referensi buat menjalankan penangan dalam pandemi," ujarnya.

Menurut Bahlil, para menteri yang menjabat telah bekerja keras hingga kurang waktu untuk istirahat dalam penanganan pandemi COVID-19. Bahlil mengatakan rata-rata menteri memiliki cekungan hitam di bawah mata yang mencerminkan bahwa mereka telah bekerja keras menangani pandemi.

"Makanya lihat menteri-menteri ini mata bawahnya banyak yang hitam, karena kurang banyak tidur. Selalu berpikir minggu ini punya strategi A, dua minggu ke depan strategi itu bisa tidak berlaku lagi kalau kondisi berubah," tuturnya.

Ekonomi Indonesia cukup baik

Bahlil mengatakan bahwa kondisi ekonomi saat ini sedang tidak baik. Namun bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, kondisi Indonesia cukup lebih baik.

Pernyataan tersebut merespons hasil survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia menunjukkan 44,1 persen responden menilai kondisi ekonomi nasional berada dalam keadaan yang tidak menyenangkan. Sebanyak 36,7 persen menganggap ekonomi nasional buruk dan 7,4 persen menilai kondisi ekonomi sangat buruk.

"Sebanyak 44,2 persen kinerja ekonomi tidak menggembirakan, kemungkinan itu saya katakan benar. Namun kinerja ekonomi kita dibandingkan negara lain di Asia Tenggara, kita masih cukup lebih baik," ucapnya.

Bahlil menjelaskan, pertumbuhan ekonomi nasional sejak kuartal IV 2020 mulai mengalami tren perbaikan dengan tumbuh minus 2,19 persen (qtq). Lalu pada kuartal I 2021 tumbuh 0,74 persen (qtq) dan di kuartal II-2021 tumbuh 3,31 persen (qtq) atau 7,07 persen (yoy).