Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memastikan LG Consortium bakal melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking investasi pabrik baterai untuk kendaraan listrik pada pekan depan. Adapun nilai proyek yang telah disepakati sebesar 9,8 miliar dolar AS atau setara Rp142 triliun.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia berujar bahwa investasi itu merupakan komitmen pemerintah yang ingin Indonesia menjadi produsen mobil listrik dunia di masa depan. Apalagi, kata Bahlil, Indonesia memiliki cadangan nikel yang cukup besar atau sebanyak 25 persen dari total cadangan nikel dunia.

"Alhamdulilah sekarang kita ingin menjadi negara produsen terbesar untuk pembangunan baterai mobil dan kemarin saya lapor tanggal 15 September 2021 kita sudah mulai groundbreaking pembangunan pabrik LG yang kami teken di awal tahun 2021 sebesar 9,8 miliar dolar AS," katanya dalam dialog virtual, di Jakarta, Rabu, 8 September.

Untuk mewujudkan cita-cita sebagai produsen baterai mobil dunia, kata Bahlil, pemerintah melakukan pembangunan pada industri hulu terlebih dahulu. Salah satu caranya adalah dengan menggaet investasi pabrik baterai cell.

Setelah pembangunan berjalan, lanjut Bahlil, pemerintah pun mengerjakan pembangunan smelter. Kata Bahlil, langkah ini dilakukan agar tidak ada lagi oknum-oknum yang justru mengekspor nikel mentah ke luar negeri sehingga tidak memberikan nilai tambah.

Kata Bahlil, strategi yang diterapkan dalam pengembangan industri baterai kendaraan mengadopsi pemikiran-pemikiran ekonom dan akademisi yang berpengalaman di Indonesia.

"Kita hajar dulu bangun dulu baterai cell, jadi bukan dari smelter-nya karena kalau dari smelter-nya tidak menutup kemungkinan barang setengah jadi kita kirim ke luar negeri. Nah ini dalam rangka mengadopsi cara berpikirnya Pak Faisal Basri (Ekonom Universitas Indonesia) untuk bagaimana nilai tambah betul-betul dimanfaatkan sepenuhnya di Indonesia," ucapnya.

Upaya peningkatan nilai tambah dari industri dalam negeri merupakan cara yang diterapkan agar bisa melakukan transformasi ekonomi. Kata Bahlil, hal tersebut sesuai dengan perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mensejahterakan bangsa.

"Pak Presiden meminta untuk transformasi ekonomi. Salah satu indikatornya menurut kami adalah bagaimana bisa memberikan nilai tambah dengan instrumen industrialisasi," katanya.

Proses berliku

Sebelumnya, Bahlil mengatakan upaya strategis untuk membangun hilirisasi industri pertambangan logam merupakan proses yang panjang dan tidak mudah, karena melibatkan berbagai stakeholder, baik di dalam maupun luar negeri. Namun, upaya pemerintah membangun industri baterai listrik terintegrasi kian menemukan titik cerah dengan rencana groundbreaking.

Adapun pembangunan tahap pertama ini memiliki kapasitas produksi baterai mencapai 10 gigawatt hour (GWh), yang nantinya akan dipakai untuk kendaraan listrik dari Hyundai.

Sebagaimana diketahui, cikal bakal kerja sama antara PT Industri Baterai Indonesia dan Konsorsium LG dimulai pada tahun 2019 ketika Presiden Joko Widodo dan Presiden Korsel Moon Jae In bertemu di Busan, Korsel pada 25 November 2019. Setelah melalui rangkaian proses penjajakan, negosiasi dan studi, Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) pun ditandatangani pada 18 Desember 2020 di Seoul, Korsel antara Menteri Investasi/Kepala BKPM dan CEO LG Energy Solution.

"Proses negosiasi MoU ini melalui 25 kali revisi dokumen, yang kami susun dan kami konsultasikan dengan Menteri BUMN Erick Thohir dan disetujui kedua belah pihak. Ini merupakan salah satu proses penyusunan dokumen terpanjang yang pernah dijalankan Kementerian Investasi/BKPM. Setelah itu, perlu 15 kali rapat intensif baik di tingkat pimpinan maupun di tingkat teknis. Kami sangat menghargai dedikasi tim yang luar biasa," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa, 25 Mei.

Setelah HoA disepakati pada 29 April 2021, selanjutnya konsorsium melakukan studi gabungan (joint study), penyusunan perjanjian pemegang saham, dan perjanjian pendirian perusahaan. Ketiga proses tersebut ditargetkan segera tuntas, sehingga groundbreaking pabrik bisa dijalankan segera dalam waktu dekat ini.

Saat ini, Kementerian Investasi sedang melakukan finalisasi MoU antara pihak di Cikarang (Hyundai) untuk merampungkan rencana joint venture (JV) pembangunan pabrik baterai sel (cell battery) untuk kendaraan listrik tersebut. Investasi yang akan digelontorkan untuk pembangunan pabrik ini sebesar 1,2 miliar dolar AS. Pabrik tersebut rencananya akan menempati lahan seluas 33 hektare dan menyerap 1.000 tenaga kerja Indonesia.

Sekadar informasi, PT Industri Baterai Indonesia dibentuk oleh empat BUMN yaitu Mining and Industry Indonesia (Mind Id), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam), yang memiliki mandat khusus untuk mengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik (electric vehicle/ EV battery) yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Sementara itu, konsorsium LG terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, LG International, POSCO dan Huayou Holding. LG Energi Solution saat ini merupakan salah satu produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia. LG Electronics (LG Group) merupakan perusahaan terbesar kelima di Korsel pada tahun 2020 menurut majalah Fortune.