Blak-blakan Menteri Investasi Bahlil, Sebut Ada Negara Tetangga yang Ingin Halangi Indonesia Jadi Produsen Baterai Dunia
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengungkap bahwa banyak negara yang ingin menghalangi Indonesia untuk menjadi produsen baterai dunia. Karena itu, kata dia, pemerintah perlu bertindak cepat memulai tahap awal pembangunan industri baterai listrik di Tanah Air.

Lebih lanjut, Bahlil mengaku sudah membaca gelagat negara tetangga yang tak ingin Indonesia maju dalam industri baterai mobil listrik tersebut. Kata Bahlil, negara-negara tersebut hanya ingin mengambil baku baterai dari Indonesia.

"Kita sadari, negara tetangga kita tidak ingin untuk Indonesia jadi salah satu negara produsen baterai di dunia. Mereka ingin ambil bahan baku di kita, tapi bikin di negara mereka supaya made in negara A, made in negara B. Kita baca gelagat ini," tuturnya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, 17 September.

Seperti diketahui, untuk pembuatan baterai dibutuhkan tiga bahan baku utama yaitu nikel, lithium dan kobalt. Untuk nikel, Indonesia menguasai sebesar 30 persen dari total dunia. Dibandingkan beberapa negara lain, keunggulan Indonesia yaitu memiliki nikel laterit.

Namun sayang, Bahlil tidak menyebutkan secara spesifik negara mana saja yang ingin menghalangi langkah Indonesia menjadi produsen baterai mobil listrik dunia. Meski begitu, Bahlil menekankan bahwa Indonesia merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki pabrik baterai listrik.

"Ini pertama kali di Indonesia, di Asia Tenggara. Untuk dunia ini kalau sudah bangun ekosistem salah satu yang pertama di dunia. Ini sudah akan terbangun di tahun 2022," ucapnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan groundbreaking atau peletakan batu pertama pabrik baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat. Ia mengatakan bahwa Indonesia memberikan dukungan berupa kemudahan izin dan kepastian hukum untuk pengembangan industri hilirisasi tersebut.

Sekadar informasi, proyek tersebut merupakan realisasi investasi konsorsium LG dan Hyundai yang terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis dan LG Energy Solution.

"Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, groundbreaking Pabrik industri Baterai Kendaraan Listrik PT HKML Baterai Indonesia saya nyatakan dimulai," kata Jokowi, dalam kegiatan peletakan batu pertama industri baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat, Rabu, 15 September.

Adapun proyek pembangunan baterai mobil listrik sebelumnya ditandai dengan nota kesepahaman atau MoU antara Kementerian investasi dan konsorsium Hyundai serta LG pada Desember 2020.

Nantinya, konsorsium asal Korea Selatan bakal bermitra dengan Indonesia Baterai Corporation yang beranggotakan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina, PT Perusahaan Listrik Negara, dan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd.

Konsorsium akan membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik di Indonesia berkapasitas 10 Gigawatt Hour (GWH) dengan total nilai investasi 1,1 miliar dolar AS. Angka itu setara dengan Rp15,9 triliun (dengan asumsi kurs Rp 14.500). Pembangunan pabrik ini hanya bagian dari total proyek konsorsium senilai 9,8 miliar dolar AS.

Jokowi menargetkan Indonesia bisa menjadi produsen kendaraan listrik terbesar di dunia dalam kurun waktu tiga hingga empat tahun ke depan. Hal ini lantaran Indonesia memiliki cadangan nikel yang besar. Seperti diketahui, nikel merupakan bahan baku utama baterai lithium.

Lebih lanjut, Jokowi menjelaskan, pabrik baterai mobil listrik ini merupakan upaya Indonesia keluar dari jebakan negara pengekspor bahan baku mentah. Termasuk agar bisa memberikan nilai tambah dari komoditas tambang nikel. Menurut dia, hilirisasi industri nikel akan meningkatkan nilai tambah bijih nikel secara signifikan.

Kata Jokowi, jika nikel diolah menjadi sel baterai, nilainya bisa meningkat enam hingga tujuh kali lipat. Kemudian, apabila dikembangkan menjadi mobil listrik akan meningkat lagi nilai tambahnya yaitu 11 kali lipat.

"Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dengan potensi yang luar biasa. Itu saya yakin dalam tiga hingga empat tahun ke depan, melalui manajemen yang baik pengelolaan yang baik akan bisa menjadi produsen utama produk-produk barang jadi berbasis nikel seperti baterai lithium, baterai listrik, baterai kendaraan listrik," katanya.