Saratoga, Perusahaan Milik Konglomerat Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno Ini Raup Laba Rp15,3 Triliun di Semester I 2021
Konglomerat Edwin Soeryadjaya bersama dengan Sandiaga Uno. (Foto: Instagram @sandiuno)

Bagikan:

JAKARTA - PT Saratoga Investama Sedaya Tbk membukukan net asset value (NAV) Rp46,5 triliun hingga semester I 2021. Nilai tersebut meningkat 46,68 persen dibandingkan NAV pada akhir tahun 2020 yang mencapai Rp31,7 triliun.

Emiten berkode saham SRTG tersebut juga membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp15,3 triliun. Padahal di periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan milik konglomerat Edwin Soeyadjaya dan Sandiaga Uno ini dari rugi bersih sebesar Rp2,1 triliun.

Presiden Direktur Saratoga Michael Soeryadjaya mengatakan, kinerja positif perusahaan-perusahaan portofolio investasi telah mendorong pertumbuhan nilai portofolio Saratoga. Kinerja perusahaan portofolio investasi tersebut juga diikuti dengan pembayaran dividen yang konsisten sehingga turut memperkuat fundamental Saratoga.

"Nilai saham yang meningkat dari perusahaan portofolio investasi telah menjadikan NAV Saratoga tumbuh positif di semester I 2021. Kami bersyukur bahwa perusahaan portofolio investasi Saratoga mampu menjaga pertumbuhan bisnisnya,” kata Michael dalam keterangan tertulisnya, dikutip Jumat 30 Juli.

Pencapaian NAV Saratoga pada semester I 2021 berasal dari kinerja saham sejumlah perusahaan portofolio investasi yang meningkat, terutama dari PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), dan PT Provident Agro Tbk (PALM).

Saratoga juga membukukan pendapatan dividen sebesar Rp866 miliar pada semester I 2021, meningkat 35,3 persen dari Rp640 miliar pada periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pendapatan ini sebagian besar disumbangkan oleh PT Adaro Energy Tbk (ADRO), TBIG, dan MPMX.

Michael menambahkan, Saratoga akan terus menjalankan strategi diversifikasi dalam berinvestasi dan disiplin dalam mengelola keuangan untuk menjaga keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang. Rasio utang dan biaya akan terus dikelola dan dijaga di level yang efisien.

Saat ini biaya-biaya operasional tahunan terhadap nilai aset bersih berada di posisi sebesar 0,4 persen dan loan to value sebesar 5,7 persen.