Fokuskan Garuda Indonesia Garap Rute Domestik, Erick Thohir: Turis Lokal Kontribusinya Rp1.400 Triliun, Asing Cuma Rp300 Triliun
Pesawat Garuda Indonesia. (Foto: Dok. Garuda Indonesia)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir akan memfokuskan dua maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dan Citilink pada rute penerbangan domestik.

Hal ini karena pasar domestik masih begitu besar dibandingkan penerbangan internasional. Apalagi imbas pandemi COVID-19, pemerintah masih membatasi kunjungan wisatawan mancanegara.

Erick mengatakan rencana tersebut telah dikomunikasikan kepada manajemen perusahaan sejak bulan November hingga Januari 2019, atau sebelum pandemi merebak di Tanah Air. Sebab, dari data penerbangan yang ada sebanyak 78 persen penumpang menggunakan jasa pesawat untuk bepergian wilayah.

"Lokal turis itu (kontribusinya) mencapai Rp1.400 triliun, sedangkan turis asing hanya 22 persen atau sekitar Rp300 triliun. Kalau kita berbisnis, jelas ini marketnya karena Indonesia juga negara kepulauan," katanya dalam konferensi pers di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu, 2 Juni.

Lebih lanjut, Erick mengatakan langkah tersebut merupakan terobosan paling realistis untuk menyelamatkan industri penerbangan di tengah ketidakpastian pandemi COVID-19. Apalagi, kedua maskapai tersebut mempekerjakan setidaknya 1.300 pilot dan awak kabin serta 2.300 pegawai.

Selain itu, kata Erick, pemerintah bersyukur dengan letak geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan menjadi berkah tersendiri bagi industri penerbangan di Tanah Air. Sementara, menurut Erick, maskapai milik pemerintah di negara lain kondisinya lebih memprihatinkan dibandingkan dengan Garuda Indonesia dan Citilink.

"Jadi kita patut  bersyukur tinggal bagaimana mencari cara agar Garuda bisa sustainable (berkelanjutan) karena Indonesia negara kepulauan dan domestik market kuat maka harus bisa menjadi peluang," ucapnya.

Pandemi COVID-19 yang hadir sejak 2020, hampir melumpuhkan seluruh industri transportasi. Kata Erick, kebijakan pembatasan pergerakan menyebabkan kapasitas bandara di seluruh Indonesia hanya terisi 15 persen dan sempat naik di angka 32 persen. Sedangkan untuk kereta api, tingkat keterisiannya hanya di angka 10 hingga 15 persen.

"Kami tidak boleh menutup diri atau berdiam diri dan harus melakukan terobosan serta melakukan perbaikan," tuturnya.