Perusahaan Tambang Emas Milik Konglomerat Peter Sondakh Ini Tunda Rencana IPO, padahal Berpotensi Raup Rp7,2 Triliun
Konglomerat Peter Sondakh. (Foto: Dok. Bursa Efek Indonesia)

Bagikan:

JAKARTA - PT Archi Indonesia menunda rencana aksi penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Alasannya, entitas usaha Rajawali Group di bidang pertambangan emas ini menilai kondisi market masih belum stabil.

Dikutip dari Bloomberg, Kamis 22 April, tadinya produsen emas batangan Lotus Archi itu akan melakukan IP dengan target raihan dana mencapai 500 juta dolar AS atau setara Rp7,2 triliun. Hasil dana IPO itu nantinya akan digunakan perusahaan untuk membayar kembali pinjaman yang ada.

Credit Suisse akan bertindak sebagai joint lead manager atas aksi itu. Sumber Bloomberg menyebutkan bahwa pelemahan harga emas dan IHSG dalam beberapa perdagangan terakhir menjadi faktor utama penundaan rencana IPO.

Namun, Archi Indonesia tidak menutup kemungkinan akan merealisasikan rencana melantai di Bursa Efek Indonesia jika kondisi pasar dianggap membaik. Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang tahun berjalan 2021 harga emas di pasar spot telah terkoreksi 6,21 persen dan telah anjlok 14 persen dari level rekor tertinggi pada Agustus 2020 seiring dengan optimisme pasar bahwa vaksin COVID-19 akan memicu pemulihan ekonomi global. 

Sementara itu, IHSG sepanjang tahun berjalan 2021 masih bergerak di zona hijau, tetapi hanya menguat 0,26 persen. IHSG juga telah turun 7 persen dari level tertinggi hampir tiga tahun pada medio Januari 2021.

Adapun, Archi Indonesia sebenarnya sudah nyaris melakukan IPO pada akhir 2014. Namun saat itu juga ditunda lantaran situasi pasar dipandang tidak kondusif seiring volatilnya harga komoditas dan kondisi makro ekonomi global yang tidak pasti.

Ketika itu, Archi Indonesia berencana melepas sebanyak- banyaknya 1,6 miliar lembar saham di kisaran harga Rp1.895 - Rp2.445 per saham, sehingga Archi Indonesia sebelumnya berpotensi mendapatkan dana segar hingga Rp3,9 triliun.

Sebagai informasi, Archi Indonesia sepenuhnya dimiliki oleh PT Rajawali Corpora atau Grup Rajawali yang didirikan oleh konglomerat Peter Sondakh. PT Archi Indonesia memiliki 100 persen saham di proyek tambang emas dan perak Toka Tindung di Sulawesi Utara.

Hak penambangan Proyek Toka Tindung perseroan itu melalui Kontrak Karya (KK) dua entitas usaha Archi, yaitu PT Meares Soputan Mining dan PT Tambang Tondano Nusajaya. Kedua KK tersebut memiliki total sekitar 40 ribu hektar yang berlaku hingga 2041, dengan kemungkinan perpanjangan jangka waktu 2 x 10 tahun. Sejak didirikan pada 2010, Archie Indonesia telah memproduksi lebih dari 8 ton emas per tahun.