Bagikan:

JAKARTA - PT Archi Indonesia Tbk akhirnya benar-benar akan melantai di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan tambang emas tersebut menawarkan harga perdana Rp750-Rp 800 per saham dalam rangka penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).

Archi Indonesia, perusahaan milik bos Rajawali Corpora konglomerat Peter Sondakh ini akan melepas sebanyak-banyaknya 4.967.500.000 lembar saham biasa atas nama, dengan nominal Rp10 untuk setiap saham.

Ini akan mewakili sebanyak-banyaknya 20 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Artinya, perseroan bakal meraup dana segar sekitar Rp3,7 triliun hingga Rp3,9 triliun dari aksinya ini

EVP Invesment Banking PT Mandiri Sekuritas, Shery Juwita Lestari menuturkan, pemegang saham yang lepas saham antara lain PT Rajawali Corpora dengan menawarkan lima persen yang merupakan saham baru dari jumlah saham yang ditempatkan setelah IPO. 

"Untuk saham lama yang ditawarkan sebanyak-banyaknya 15 persen dari eniarged capital. Harga penawaran ini kisarannya Rp 750-Rp 800 per saham," ujar Shery dalam paparan publik secara virtual, 

Adapun masa penawaran awal dimulai 31 Mei 2021 hingga 9 Juni 2021. Registrasi final ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ditargetkan pada 11 Juni 2021, pernyataan efektif dari OJK diperkirakan 18 Juni 2021. Masa penawaran umum dilakukan pada 22-24 Juni 2021. Selain itu, distrbusi saham secara elektronik pada 25 Juni 2021.

"Pencatatan di bursa pada 28 Juni 2021," jelasnya.

Wakil Direktur Utama Archi, Rudy Suhendra mengatakan, tujuan perusahaan melakukan IPO ialah mengembangkan dan mengakselerasi rencana pertumbuhan bisnis, sekaligus meningkatkan tata kelola perusahaan.

"Dengan mencatatkan saham perusahaan kami di BEI, Archi bermaksud untuk mempercepat rencana pertumbuhan kinerja perusahaan, dan lebih meningkatkan praktik tata kelola perusahaan yang baik dengan adanya pengawasan secara langsung dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI sebagai regulator, serta masyarakat secara umum," ujar Rudy.

Rudy juga menegaskan, Archi Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang memiliki exposure penuh terhadap bisnis pertambangan emas, di mana tambang ini merupakan komoditas dengan nilai yang stabil dan sangat menarik bagi investor.

"Emas sering dianggap sebagai salah satu komoditas teraman, dengan nilai investasi yang terpercaya serta sustained dari waktu ke waktu," ujarnya.

Sehubungan dengan aksi korporasi ini, Archi akan menggunakan laporan keuangan konsolidasi audit yang berakhir pada 31 Desember 2020, dan telah menunjuk PT Citigroup Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, PT Mandiri Sekuritas, PT BNI Sekuritas, serta PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek dari IPO yang dilakukan.

Direktur Keuangan atau Chief Financial Officer (CFO) Archi Indonesia, Adam Jaya Putra menuturkan, 90 persen dana yang diperoleh dari IPO akan digunakan  perseroan atau entitas anak, untuk pembayaran sebagian pokok utang bank, sedangkan sisanya untuk  pembiayaan kegiatan operasional dan modal kerja.

Archi Indonesia memiliki lokasi tambang di provinsi Sulawesi Utara sejak 2011. Tambang ini telah memproduksi 1,9 juta ons (setara dengan 58 ton) emas hingga 2020 dan memiliki Cadangan Bijih emas sebanyak 3,9 juta ons (setara dengan 121 ton) per akhir Desember 2020.