Bagikan:

JAKARTA - Produsen cat milik konglomerat Hermanto Tanoko, PT Avia Avian Tbk (AVIA) menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 12% hingga tutup tahun 2023.

Head of Investor Relations AVIA Andreas Timothy Hadikrisno mengatakan, tahun 2023 ini banyak tantangan yang akan dihadapi perseroam, mulai dari tingginya tingginya suku bunga hingga kletegangan politik sebelum pemilihan presiden yang dapat mempengaruhi daya beli masyarakat. Maklum, 99 persen pasar perseroan adalah retail, sementara untuk proyek masih sekitar 1 persen.

Meski demikian, perseroan optimistis kinerja mampu bertumbuh didukung inovasi yang akan dilakukan. Salah satunya dengan meluncurkan produk baru yakni VIP Remover untuk mengupas cat lama dan produk ekonomis, Avian Cling.

Masih dari produk, AVIA juga akan menggenjot penetrasi Avitex Gold yang telah diluncurkan tahun lalu. Andreas mengatakan, hal itu guna merebut pasar wall paints, khususnya di daerah Jakarta.

"Kami terlambat masuk untuk segmen wall painting di Jakarta karena baru masuk pada 2020," ujarnya, dikutip Kamis 6 April.

Strategi lainnya, memperkuat jaringan distribusi. AVIA berencana menambah sembilan pusat distribusi yang dimiliki sendiri dan sembilan pusat distribusi pihak ketiga.

Kemudian, pada Mei 2023 ini perseroan juga berencana meningkatkan kembali harga jual catnya. Khususnya, untuk cat yang bahan dasarnya terdampak kenaikan harga. "Hanya saja belum ditentukan besarannya karena masih rencana," katanya.

Adapun tahun lalu, AVIA telah meningkatkan harga jual sebanyak enam kali dengan total akumulasi kenaikan 25 persen. Andreas bilang, peningkatan harga tersebut mengikuti kompetitor yang juga meningkatkan harga.

Dari berbagai hal tersebut, perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan 8-12 persen hingga tutup tahun 2023.

"Dengan asumsi minimum, target pendapatan sebesar Rp7,22 triliun," jelasnya.

Adapun tahun 2022, AVIA mencetak pendapatan sebesar Rp6,69 triliun. Capaian itu turun 1,26 persen dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 6,77 triliun.

Laba bersih juga turun 2,37 persen menjadi Rp1,4 triliun dari sebelumnya Rp1,43 triliun.