JAKARTA - Siapapun pasti tak asing dengan nama cat bermerek Avian. Produk dari PT Avia Avian sudah 43 tahun, alias sejak tahun 1978 menempel di tembok-tembok bangunan yang ada di Tanah Air.
Kesusksesan Avian, tidak lepas dari nama Soetikno Tanoko atau Tan Tek Swie. Soetikno merupakan pendiri PT Avia Avian, sebelum akhirnya beliau meninggal dunia di usia 95 tahun pada Minggu 1 November 2020.
Meski sudah tiada, namun sosok Soetikno tetaplah sosok besar dalam industri bahan bangunan. Rekam jejaknya yang memang merintis dari bawah, benar-benar jadi inspirasi bagi para pelaku industri ini.
Setelah meninggal, Soetikno menyerahkan tahtanya ke si bungsu, Hermanto Tanoko. Bagi Hermanto sendiri, sang ayah adalah adalah sosok pekerja keras yang selalu mengajarkan anak-anaknya harus totalitas dalam berwirausaha.
"Ayah saya kepada anak dan cucunya selalu mengajarkan reputasi dan kejujuran, karena ini modal utama jadi pengusaha," ujar Hermanto Tanoko dalam sebuah wawancara dengan Merry Riyana di akun YouTube-nya.
Sang ayah, kata Hermanto juga mengajarkan dalam bisnis tidak boleh ada namanya aji mumpung.
"Jadi jika ada masalah keluarga, misal keuangan kami tidak boleh menunda komitmen pembayaran utang, jadi kami di semua keluarga (10 perusahaan) dalam kondisi apapun krisis dibayar," ujar pria berusia 59 tahun itu.
Hermanto menceritakan soal bagaimana PT Avia Avian berdiri. Awalnya, Soetikno menjalankan usaha toko cat di Malang dengan saudaranya di tahun 1970-an.
Avian mulai mendirikan pabrik cat kecil-kecilan atau home industry dengan 18 karyawan padan 1978. Soetikno kemudian berhasil membawa toko tersebut menjadi toko cat nomor satu di Malang
Hermanto sendiri, saat usinya 7 tahun, sudah mulai bergabung dengan toko cat sang ayah. Hermanto digembleng bagaimana berbisnis cat yang bakal mendapatkan margin besar.
Atas ajaran ayahnya, Hermanto pun akhirnya berani mengelola apotek yang kemudian menjadi apotek Airlangga, salah satu yang terbesar di Malang. Baru kemudian di tahun 1980-an, Hermanto diminta bergabung ke Avian.
Kekayaan Tanoko bersaudara
Atas kerja keras dan berkat gemblengan sang ayah, kakak beradik Hermanto dan Wijono Tanoko memiliki kekayaan sekitar 700 juta dolar AS, menurut Forbes. Mereka pun masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia.
Hermanto memang terbilang sangat sukses sejak bergabung di Avian. Dirinya mulai melakukan beberapa perubahan dengan membentuk tim riset dan pengembangan serta membangun laboratorium.
Bisnis cat yang digagas oleh Soetikno pun berkembang pesat. Tahun 2018, pertumbuhan PT Avia Avian bahkan mencapai 20 persen.
Hermanto pun mendirikan perusahaan holding, Tancorp, pada 2015 yang menaungi delapan bidang usaha inti seperti Tanbiz (manufacturing), Tanobel (makanan dan minuman), Tanrise (properti), Tanly (hotel & hospitality), Tanworld (network & ritel), Tanlife (kecantikan & kesehatan), Tanlink (distribusi), dan Trancreasion (resto & kafe).
BACA JUGA:
Jika ditelusuri, kepemilikan perusahaan Hermanto tidak berhenti di Avian dan Tancorp saja. Dia diketahui memiliki total 77 perusahaan dengan lebih dari 300 brand dan 15.000 karyawan.
Ekspansi bisnisnya terus bertambah, salah satunya dengan membangun hotel bintang 5, Vasa Hotel Surabaya, pada pertengahan 2018 dengan nilai investasi Rp1,8 triliun yang merupakan proyek kemitraan dengan Tung Desem Waringin.
Melantai di Bursa Efek Indonesia
Hermanto Tanoko pun kini siap membawa PT Avia Avian melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan melakukan penawaran umum perdana sebanyak-banyaknya 6,2 miliar saham.
Jumlah tersebut mewakili 10,0075 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Harga penawaran berkisar Rp780-Rp930.
"Jumlah nilai penawaran umum saham perdana Avian sebanyak-banyaknya Rp5,76 triliun," tulis manajemen Avian.
Avian juga mengalokasikan sebanyak-banyaknya 2 persen saham yang ditawarkan dalam IPO sebagai saham kepada karyawan atau Employee Stock Allocation (ESA). Dalam IPO Avia Avian, penjamin pelaksana emisi efek ialah PT Mandiri Sekuritas, serta penjamin emisi efek PT UBS Sekuritas Indonesia dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia.
"Penjamin emisi menjamin dengan kesanggupan penuh terhadap sisa saham yang ditawarkan yang tidak dipesan dalam IPO," jelas manajemen.