Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menilai impor kereta rel listrik (KRL) dari Jepang masih diperlukan. Hal ini karena KRL produksi PT INKA belum bisa selesai dalam waktu dekat untuk menggantikan rangkaian keteta api yang pensiun pada tahun ini dan tahun depan.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan untuk produksi dalam negeri, PT INKA sudah menyelesaikan desain KRL di pabrik Banyuwangi.

“Jadi kita sudah finalkan desain untuk yang di KCI yang dibuat oleh INKA. Kita kemarin di Banyuwangi sudah resmikan fasilitas produksinya, dan kita sudah detailkan desainnya yang sesuai dengan spek yang sama dengan spek dari jepang,” katanya kepada wartawan, Rabu, 5 April.

Namun, sambung Tiko sapaan akrab Kartika, proses produksi KRL produksi INKA belum bisa selesai dalam waktu dekat. Karena itu, Tiko menilai, urgensi impor kereta bekas penting.

“Kita mungkin akan mulai produksi, dan akan selesai di 2025. Kita paham bahwa memang kebutuhannya besar, jadi mungkin kita akan rekomendasikan antara percepatan produksi INKA, dengan opsi sementara mungkin perlu ada impor,” jelasnya.

“Tapi nanti kita lihat rekomendasi BPKP apa yang perlu kita penuhi dulu,” sambungnya.

Terkait dengan laporan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang menyatakan bawah impor KRL dari Jepang tidak memenuhi kriteria, dia mengatakan belum menerima dokumennya.

Karena itu, sambung Tiko, pihaknya belum memutuskan apakah rencana impor KRL bekas dari Jepang akan dibatalkan. Pasalnya, kata dia, keputusan ini harus dipertimbangkan dengan baik.

“Belum tahu (dibatalkan), kita belum tahu. Karena saya belum lihat report-nya. Karena kan kita mesti melihat bahwa ini penting, jadi ada dua, dua-duanya berjalan,” katanya.