Perry Warjiyo Tekankan Sinergi untuk Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menekankan pentingnya penguatan sinergi untuk memperkuat ketahanan dan kebangkitan ekonomi Indonesia ke depan menghadapi tantangan dan gejolak global.

"Kunci untuk mengawal perekonomian ke depan tentu saja bagaimana kita semua secara nasional bersinergi memperkuat ketahanan dan kebangkitan ekonomi pada tahun ini, tahun depan dan juga lima tahun ke depan," kata Perry dikutip dari Antara, Senin, 20 Maret.

Komisi XI DPR RI mengadakan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) terhadap satu calon gubernur BI periode 2023-2028, yakni Perry Warjiyo yang saat ini menjabat Gubernur BI.

Perry diusulkan Presiden Joko Widodo sebagai Gubernur BI periode 2023-2028.

Perry mengatakan, gejolak global yang dihadapi yakni konflik Rusia dan Ukraina yang masih berlanjut, memanasnya perang dagang Amerika Serikat-China Tiongkok, inflasi global yang tinggi, pertumbuhan ekonomi global yang melambat, dolar AS yang masih menguat serta persepsi investor global yang masih negatif.

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 akan melambat ke 2,6 persen sebelum menguat pada 2024 di 2,8 persen. Inflasi global 2023 juga masih tinggi yang diperkirakan 5,2 persen. Suku bunga Fed Funds Rate (FFR) juga diperkirakan tinggi di kisaran 5,25-5,5 persen selama 2023.

Pada kesempatan itu, Perry menuturkan untuk mendukung ketahanan pemulihan dan kebangkitan ekonomi Indonesia ke depan, diperlukan penguatan koordinasi dan juga langkah-langkah ke depan melalui lima respons bauran kebijakan ekonomi nasional.

Lima respons tersebut meliputi penguatan koordinasi fiskal dan moneter, akselerasi transformasi sektor keuangan termasuk implementasi dari Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK), akselerasi transformasi sektor riil termasuk hilirisasi dan inklusi ekonomi dan hijau, digitalisasi ekonomi dan keuangan, serta ekonomi dan keuangan hijau.

"Ini bauran kebijakan ekonomi nasional yang tentu saja perlu kita terus perkuat baik antara Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan tentu saja dukungan dari Komisi XI," ujarnya.

Dengan koordinasi itu, Perry menuturkan prospek ekonomi Indonesia 2023-2024 diperkirakan terus melanjutkan pemulihan dan kebangkitan dengan pertumbuhan ekonomi 2023 diprediksi berada di kisaran 4,5-5,3 persen. Bahkan, Perry mengatakan ekonomi Indonesia kemungkinan bisa tumbuh 5,1 persen bahkan 5,2 persen dengan pembukaan ekonomi China.

"Tahun depan bisa lebih tinggi 4,7-5,5 persen didorong oleh konsumsi, ekspor, investasi maupun juga berbagai langkah-langkah perbaikan di UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) maupun di sektor riil," tuturnya.

Selanjutnya, Perry menuturkan inflasi Indonesia 2023 diperkirakan akan kembali ke dalam sasaran tiga plus minus satu persen, yang mana inflasi inti akan terjaga sepanjang tahun ini di sekitar tiga persen.

Sementara inflasi indeks harga konsumen (IHK) akan kembali di bawah empat persen mulai September 2023, dan ditargetkan berada di dua setengah plus minus satu persen pada 2024.

"Stabilitas eksternal juga terjaga demikian juga kredit akan meningkat 10-12 persen tahun ini maupun tahun depan," ujarnya.

Selain itu, sektor ekonomi dan keuangan digital akan mengalami peningkatan pesat, didukung oleh perkembangan dari e-commerce, uang elektronik, dan layanan perbankan digital yang terus mendorong tidak hanya sumber pertumbuhan ekonomi tapi juga inklusi ekonomi dan keuangan khususnya mendorong pasar-pasar tradisional maupun juga ekonomi rakyat.