JAKARTA – Bank Indonesia (BI) kembali menggelar agenda rutin Pertemuan Tahunan Bank Indonesia yang merupakan forum summary perekonomian 2022 serta ajang bank sentral untuk menyampaikan arah kebijakan moneter 2023.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa kondisi 2023 masih diliputi oleh ketidakpastian yang dipicu oleh faktor global. Saat menyampaikan pemaparan, dia menyebut setidaknya ada lima hal penting harus diwaspadai pada tahun depan.
“Pertama, pertumbuhan menurun yang dipicu oleh risiko resesi di Amerika Serikat dan Eropa,” ujarnya di Jakarta pada Rabu, 30 November.
Kedua, inflasi sangat tinggi karena harga energi dan pangan yang terus meningkat. Ketiga, tren suku bunga tinggi secara higher and longer.
“Fed fund rate (suku bunga AS) dapat mencapai 5 persen dan ini akan tetap tinggi selama 2023,” tuturnya.
BACA JUGA:
Empat, dolar AS sangat kuat yang membuat tekanan depresiasi mata uang negara lain berlanjut, termasuk terhadap rupiah.
“Kelima, cash is the king. Maksudnya adalah penarikan dana investor global dan mengalihkan ke aset yang bersifat likuid akibat adanya risiko tinggi,” tegas dia.
Oleh karena itu, Perry secara khusus meminta semua pihak untuk meningkatkan sinergi memperkuat koordinasi kebijakan.
“Kami bersama pemerintah di dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) bakal terus berupaya mengarahkan ekonomi Indonesia 2023 menuju ketahanan dan kebangkitan,” kata dia.