Bagikan:

JAKARTA - Menjelang 2023, kekhawatiran resesi dan ketidakpastian ekonomi global kian menjadi. Kendati demikian, Indonesia disebut masih memiliki daya tahan untuk menghadapi situasi tersebut.

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Royke Tumilaar optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan terjadi pada tahun depan. Sebab, BNI sendiri sudah membuktikannya dengan pertumbuhan pesat selama dua tahun terakhir.

Hingga kuartal III-2022, BNI sudah mencatatkan laba bersih senilai Rp13,69 triliun. Capaian ini melonjak 76,87 persen dari periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).

Pertumbuhan laba ini disokong oleh pendapatan bunga senilai Rp39,27 triliun atau naik 4,66 persen secara tahunan (yoy).

"Saya enggak yakin bahwa kita akan bermasalah seperti negara-negara lain, saya sangat optimis bahwa kita pasti bisa dengan jumlah rakyat Indonesia sebegitu besar, ini adalah suatu keuntungan bagaimana kita mendorong supaya masyarakat itu tetap aktif dan menggunakan produk Indonesia, bangga buatan Indonesia," kata Royke dalam Webinar "Momentum Konsolidasi Ekonomi & Politik" Business Challenges 2023 secara daring, Kamis, 15 Desember.

"Terus kita lakukan hilirisasi dari komoditi-komoditi supaya bisa punya nilai tambah ke depan, itu yang akan mendorong (pertumbuhan) ekonomi," lanjutnya.

Selain itu, beban bunga juga tumbuh 2,83 persen (yoy) menjadi Rp9,07 triliun, sehingga pendapatan bunga bersih BNI naik 5,22 persen (yoy) menjadi Rp30,19 triliun.

Adapun penyokong lain pertumbuhan laba BNI juga terlihat dari pendapatan operasional lainnya.

Penerimaan kembali aset yang telah dihapusbukukan naik 72,28 persen (yoy) menjadi Rp2,86 triliun, sehingga membuat bank milik negara ini mengantongi pendapatan operasional lainnya hingga Rp13,88 triliun atau naik 16,93 persen (yoy).

Dalam kesempatan itu, Royke menyebut ada salah satu faktor utama yang harus dijaga oleh perbankan guna menghadapi tantangan global 2023, yakni likuiditas.

"Jadi, saya tetap optimis (terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia), tetapi memang banyak faktor yang harus diwaspadai, misalnya kalau di perbankan itu harus menjaga likuiditas, ini faktor utama yang harus dijaga supaya market itu tetap likuid," tandasnya.