Bagikan:

JAKARTA – Ketidakpastian Ekonomi pada sepanjang tahun lalu ternyata membawa keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, hingga Desember 2022 yang lalu neraca perdagangan Indonesia sudah mengalami surplus selama 32 bulan berturut-turut sejak Mei 2022.

“Kita bisa surplus yang tertinggi dalam sejarah Indonesia sebesar 54,5 miliar dolar AS (sepanjang 2022),” ujarnya saat memberikan kuliah umum bertema Kondisi Ekonomi dan Fiskal Indonesia di Tahun Politik, Jumat, 3 Februari.

Menurut Menkeu, moncernya aktivitas perniagaan tidak lepas dari melonjaknya harga komoditas unggulan seperti batu bara dan minyak sawit (crude palm oil/CPO).

“Jadi saat kondisi melemah Indonesia masih bisa mengkapitalisasi keadaan tersebut. Ini adalah sesuatu yang baik dengan menyeimbangkan permintaan luar negeri dengan permintaan domestik,” tuturnya.

Menkeu menambahkan, masyarakat juga sudah semakin menunjukan optimisme kepada pasar melalui peningkatan belanja. Selain itu, mobilitas yang semakin kuat juga mendorong konsumsi ke tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya.

“Padahal, confidence dan mobilitas yang tinggi ini muncul setelah pemerintah menaikan harga BBM sekitar 30 persen beberapa waktu lalu,” tegas dia.

Untuk diketahui, Indonesia memilih untuk memanfaatkan hasil perdagangan luar negeri sebagai modal pemberian subsidi saat harga energi meningkat tajam. Strategi itu kemudian menjaga daya beli masyarakat sehingga level pertumbuhan ekonomi bisa stabil di atas 5 persen dalam empat kuartal terakhir.

Tidak hanya itu, RI juga dinilai cukup cakap dalam mengendalikan laju inflasi yang terus melandai jadi 5,28 persen per Januari 2023 berdasarkan indeks harga konsumen (IHK). Pemerintah sendiri optimistis inflasi IHK bisa kembali ke sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada semester II mendatang.