Bagikan:

JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa Indonesia sebenarnya tengah menghadapi situasi yang tidak gampang. Pasalnya, ketidakpastian global membuat proyeksi ke depan cukup sulit diprediksi.

“Teori-teori standar sangat sulit untuk kita pakai lagi karena kondisi sekarang sudah keluar dari pakem yang ada. Betul-betul situasi yang sulit,” ujarnya dalam seminar Outlook Perekonomian Indonesia 2023 pada Rabu, 21 Desember.

Menurut Presiden, RI sebelumnya pada 2014/2015 masuk dalam kategori negara rentan terpuruk bersama lima negara lain. Kala itu Indonesia membukukan defisit neraca perdagangan hingga puluhan miliar. Bahkan, surat berharga negara (SBN) masih cukup banyak dikuasai oleh investor asing dengan porsi 38 persen.

“Sekarang tinggal 14 persen. Sebab, kalau masih banyak dikuasai asing begitu ada goncangan sedikit mereka keluar berbondong-bondong. Disini pasti goyang kurs kita,” tuturnya.

Untuk itu, Kepala Negara terus mendorong reformasi struktural perekonomian agar semakin memiliki daya tahan yang kuat. Dalam catatannya, neraca perdagangan saat ini membukukan surplus 8,9 miliar dolar AS di kuartal III 2022 atau setara dengan 0,9 persen dari produk domestik bruto (PDB).

“Artinya perbaikan-perbaikan itu betul-betul nyata dan terlihat dari angka-angka yang ada. Saya selalu minta (dari para menteri) kalau mereka bilang sudah lebih baik pasti saya meminta angkanya berapa,” jelas dia.

Dalam kesempatan tersebut Presiden juga memintah kepada jajarannya agar terus melakukan upaya hilirisasi terhadap berbagai produk dan komoditas strategis agar bisa memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia.

“Kita banyak digugat, tapi tidak apa-apa. Kita jalan terus karena ini terbukti memberikan hasil positif bagi perekonomian kita,” kata dia.