JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa kinerja industri perbankan selama 2022 terjaga baik dan tumbuh positif serta mampu menahan tekanan perekonomian global.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan capaian tersebut tidak terlepas dari kebijakan otoritas kepada industri perbankan dan pelaku usaha, antara lain perpanjangan restrukturisasi kredit dan beberapa kebijakan lain yang bersifat strategis.
“Baiknya kinerja perbankan tersebut tidak terlepas dari pengawasan dan pengaturan yang dilakukan OJK dan juga dukungan kebijakan fiskal maupun moneter dalam menjaga stabilitas sistem keuangan,” ujarnya dalam keterangan pers dikutip Rabu, 11 Januari.
Menurut Dian, pihaknya optimistis kondisi perbankan akan tetap terjaga dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, meskipun perlu diwaspadai risiko di tengah ketidakpastian global yang dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
“Kami akan melanjutkan kebijakan mengenai konsolidasi perbankan, penguatan pengawasan, integritas industri perbankan, hingga akselerasi perbankan syariah,” tuturnya.
Sebagai informasi, data OJK menyebutkan bahwa pada November November 2022 kredit perbankan tumbuh 11,16 persen year on year (yoy) dengan dana pihak ketiga (DPK) naik sebesar 8,78 persen (yoy).
BACA JUGA:
Indikator positif juga tercermin dari kondisi likuiditas yang ample tercermin dari rasio AL/NCD dan AL/DPK masing-masing sebesar 134,97 persen dan 30,42 persen. Rasio likuiditas tersebut masih jauh di atas threshold, walaupun lebih rendah dari periode tahun lalu karena akselerasi penyaluran kredit dan kebijakan kenaikan rasio GWM.
Di sisi permodalan tetap terjaga dengan CAR sebesar 25,49 persen. Risiko kredit cenderung menurun tercermin dari rasio NPL baik gross dan nett masing-masing sebesar 2,65 persen dan 0,75 persen. Sementara itu Loan at Risk sebesar 15,12 persen.
Dian menuturkan jika penurunan risiko kredit tersebut antara lain disebabkan membaiknya kualitas kredit yang direstrukturisasi dampak COVID-19.
“OJK akan terus memantau perkembangan kondisi perekonomian global dan domestik untuk memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan akan tetap efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tutupnya.