JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi di wilayah Pulau Sumatera turun menjadi 4,71 persen year on year (yoy) di kuartal III 2022 dari sebelumnya 4,95 persen pada kuartal II 2022.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, penyebab anjloknya angka pertumbuhan tersebut dikarenakan adanya pelemahan dari sisi sumber pendapatan penting Sumatera.
“Kita melihat memang Sumatera terjadi penurunan ekonomi yang disebabkan oleh mulai melandainya harga sawit,” ujarnya ketika memberikan pemaparan kepada awak media, dikutip Selasa, 8 November.
Menurut Airlangga, kondisi serupa juga dialami oleh beberapa daerah lain. Airlangga menambahkan, sentra produksi kelapa sawit terbesar di Indonesia berada di Sumatera yang dipastikan memberi pengaruh paling signifikan terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) wilayah.
“Harga sawit sekarang berada di level 720 dolar AS, sementara tahun yang lalu harga masih di atas 1.400 dolar AS. Sehingga memang perekonomian Sumatera sangat tergantung dengan perkebunan,” tuturnya.
BACA JUGA:
Mengutip data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui bahwa daerah utama penyokong ekonomi Sumatera pada kuartal III 2022 adalah Sumatera Utara dengan kontribusi 1,14 persen.
Diikuti kemudian Riau 0,99 persen, Sumatera Selatan 0,74 persen, Kep. Riau 0,44 persen, Lampung 0,42 persen, Jambi 0,34 persen, Sumatera Barat 0,33 persen, Aceh 0,12 persen, Kep. Bangka Belitung 0,10 persen, dan Bengkulu 0,09 persen.
Adapun, wilayah dengan pertumbuhan tertinggi di Indonesia diraih oleh Pulau Sulawesi dengan 8,24 persen. Sementara kontribusi PDB terbesar secara nasional masih ditempati Pulau Jawa dengan sokongan 56,3 persen dan pertumbuhan ekonomi di kuartal lalu 5,76 persen.