Pak Jokowi Hati-Hati! Kata Pengamat, <i>Shock</i> Komoditas Bisa Bikin Ekonomi Bisa Mundur Lima Tahun
Ilustrasi pengolahan barang tambang (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA – Pengamat ekonomi dari Verdhana Sekuritas Heriyanto Irawan mengatakan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang diuntungkan dari perdagangan komoditas berbasis sumber daya alam. Menurut dia, ekspor berbagai komoditas unggulan menjadi salah satu pendorong penting tingginya angka pembentukan produk domestik bruto (PDB).

“Saat terjadi commodity boom, PDB Indonesia naik lima kali lipat dari 700 dolar AS per kapita pada tahun 2000 menjadi 3.500 dolar AS per kapita di 2010,” ujarnya saat memberikan pemaparan kepada awak media secara daring, Jumat, 13 Mei.

Akan tetapi Heriyanto menjelaskan bahwa sebenarnya ada bahaya tersendiri bagi negara jika hanya mengandalkan perdagangan komoditas sebagai sumber pertumbuhan ekonomi.

“Setelah bom komoditas berakhir ini ekonomi 'nyungsep'. Meski turun sedikit tetapi ekonomi kita langsung mundur lima tahun. Inilah hal yang tidak ingin kita alami sekarang,” tuturnya.

Dari data yang dibagikan oleh Heriyanto, diketahui bahwa saat ini PDB perkapita Indonesia berada di level 4.300 dolar AS. Jumlah itu diperkirakan bisa menyentuh sekitar 10.000 dolar AS pada 2030 apabila pemerintah tidak hanya bergantung pada perdagangan komoditas mentah, tetapi harus mengolah bahan baku tersebut menjadi produk yang bernilai jual tinggi.

“Jadi betapa pentingnya kita untuk tidak hanya mengandalkan komoditas, tetapi kita harus melakukan proses penambahan nilai (added value) supaya ekspor kita bisa lebih stabil. Strategi ini penting agar kita bisa mendanai sendiri pertumbuhan nasional,” tegas dia.

Seperti yang diketahui,Indonesia sekarang tengah mendapat windfall alias durian runtuh dari tingginya berbagai harga komoditas. Ekspor barang unggulan seperti minyak sawit (CPO) dan batu bara menjadi katalisator melesatnya penerimaan negara sejak akhir 2021 hingga awal 2022.

Situasi ini tidak selamanya akan terjadi mengingat apabila perekonomian global sudah membaik maka penurunan harga komoditas, utamanya energi, dipastikan ikut melandai.