JAKARTA – Peneliti ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan mengatakan bahwa penghimpunan laba oleh lembaga perbankan saat ini cenderung meningkat walaupun sebenarnya bisnis utama kredit masih tergolong landai
Menurut dia, perbankan saat ini menjalankan strategi khusus yang bersifat rendah risiko tetapi tetap dapat mendatangkan keuntungan tanpa perlu mengoptimalkan fungsi intermediasi.
Abdul mencatat bank cenderung memilih untuk menempatkan dana kelolaan pada surat berharga, utamanya yang diterbitkan oleh pemerintah. Hal itu tercermin dari alokasi dana ke surat berharga yang anik dari 12,83 persen menjadi 18,14 persen saat ini.
“Makanya kemarin pada saat kita melihat beberapa bank menghimpun laba yang sangat tinggi karena alokasi dana di surat berharganya juga sangat tinggi,” ujar dia kepada awak media dikutip Kamis, 12 Mei.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, margin yang didapat bank dari surat berharga tidak sepenuhnya digunakan untuk membayar bunga kepada nasabah. Sebagian dipupuk sebagai keuntungan karena imbal hasil surat berharga lebih tinggi dari bunga simpanan di perbankan.
Lebih lanjut, Abdul menjelaskan kondisi ini tidak lepas dari beberapa hal. Pertama, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) masih tumbuh double digit dengan 11,1 persen secara tahunan (year on year) di Februari 2022. Hal ini berbanding terbalik dengan growth kredit yang masih single digit dengan 6,0 persen di periode yang sama.
“Sebelum pandemi (Februari 2020) alokasi dana perbankan ke kredit mencapai 66,6 persen dan sekarang menurun menjadi 57,5 persen di Februari 2022,” tutur dia.