JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa Indonesia termasuk negara yang mampu menangani dampak pandemi secara cukup cepat. Menurut dia, kolaborasi seluruh pemangku kepentingan bersama masyarakat berperan besar dalam memulihkan sektor kesehatan dan perekonomian.
Meski demikian, Menkeu menilai jika prestasi ini harus tetap dipertahankan dan tidak membuat terlena terhadap berbagai kemungkinan dinamika yang bakal terjadi di masa mendatang.
“Kita memahami, meskipun pandemi dapat tertangani akan tetapi tantangan baru akan hadir dan harus sigap menghadapinya. Ini juga merupakan tantangan yang bisa mencelakai atau menurunkan daya pemulihan ekonomi nasional,” ujarnya saat berpidato di peringatan Hari Oeang ke-76 sekaligus HUT Kemenkeu pada Senin, 31 Oktober.
Oleh karena itu, Menkeu berharap momentum yang didapat tidak hanya dijadikan ajang suka cita perayaan namun juga kesiapan tekad dalam menghadapi segala kemungkinan yang bisa muncul di kemudian hari.
“Karena tantangan, apapun bentuknya, akan terus merongrong atau mencelakai terwujudnya cita-cita kemerdekaan Indonesia,” tutur dia.
BACA JUGA:
Pernyataan bendahara negara bukan tanpa alasan. Pasalnya, lembaga keuangan internasional asal Amerika Serikat, yakni IMF, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya menjadi 3,2 persen. Angka itu diyakini bakal semakin tertekan jadi 2,5 persen pada 2023 mendatang.
Kondisi tidak mengenakan tersebut tak bisa lepas dari keyakinan perlambatan ekonomi negara maju, utamanya Amerika, China, dan kawasan Eropa yang kini tengah menghadapi ancaman resesi. Situasi ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran tersendiri terhadap ekspor RI.
Jika ekspor, melambat maka roda perekonomian nasional bisa terganggu sehingga potensi pemulihan lebih cepat dapat mengalami kemunduran. Oleh sebab itu pemerintah memilih untuk menguatkan konsumsi dalam negeri seraya menjaga inflasi tetap terkendali sehingga momentum ekonomi yang kini sedang di jalur positif dapat terkawal dengan baik.