Bagikan:

JAKARTA – Ramalan soal ketidakpastian ekonomi dunia yang berlanjut tampaknya bukan isapan jempol belaka. Terbaru, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengamini hal tersebut.

Dalam pemaparan realisasi APBN semester I 2022, bendahara negara menjelaskan bahwa situasi global kini tengah dihadapkan pada perlambatan pertumbuhan yang nyata.

“Kita harus terus waspada karena semua indikator ekonomi dunia mengalami pembalikan, yaitu dari tadinya bersifat recovery menjadi pelemahan. Disaat yang sama, kompleksitas policy bisa menimbulkan efek limpahan negatif, utamanya dari sisi moneter negara maju,” tutur dia dikutip Kamis, 28 Juli.

Menkeu sendiri menyoroti kondisi perekonomian China yang dinilainya berpotensi memicu perlambatan global. Pasalnya, aktivitas produktif negeri panda ini terhubung kuat dengan jaringan rantai pasok berbagai negara dunia.

“Ekonomi China di kuartal kedua tahun ini adalah yang terlemah sejak pandemi terjadi atau sejak kuartal I 2020,” tuturnya.

Analisis lain yang diutarakan Menkeu adalah terkait dengan kebijakan China untuk menetapkan kembali pembatasan mobilitas secara ketat (lockdown) di beberapa wilayah.

“Indikasi lain bisa dilihat dari PMI (purchasing managers index) yang ada di level 52 setelah beberapa kali menguat. Indonesia, Malaysia dan Thailand bahkan ada di angka 50,” katanya.

Sebagai informasi, lembaga keuangan multilateral IMF telah melakukan revisi pertumbuhan ekonomi dunia 2022 dari sebelumnya 3,6 persen menjadi 3,2 persen. Pun demikian untuk outlook 2023 yang dikoreksi menjadi 2,9 persen dari awalnya 3,6 persen

“Perlambatan ekonomi akibat pandemi diperparah oleh berbagai shock yang semakin eskalatif. Kemudian, penurunan pertumbuhan terjadi secara mendasar dan luas, termasuk di Amerika dan Eropa,” tutup Menkeu Sri Mulyani.