Beruntungnya RI dapat ‘Durian Runtuh’ untuk Modal Subsidi, Banyak Negara Krisis Energi dan Tak Punya Uang
Kepala BKF Kemenkeu Febrio Kacaribu (Foto: Tangkap layar Youtube The SMERU Research Institute)

Bagikan:

JAKARTA – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyatakan bahwa Indonesia cukup beruntung dengan kenaikan harga komoditas dunia karena bisa melakukan upaya kapitalisasi untuk meningkatkan pendapatan.

Menurut dia, sumber pendapatan yang naik itu sebagian besar digunakan untuk mempertahankan daya beli masyarakat.

“Mayoritas dari windfall (durian runtuh) komoditas tersebut dioptimalkan untuk membuat harga bahan bakar minyak tidak naik, tarif listrik yang tetap, dan kami juga tidak mengubah harga gas bertipe subsidi. Ini semua merupakan subsidi yang sangat besar,” ujarnya dalam dialog Multidimensional Poverty in the Midst of the COVID-19 Pandemic, Rabu, 27 Juli.

Febrio menambahkan, secara historical pemerintah biasanya menganggarkan bujet subsidi sekitar Rp100 triliun. Akan tetapi pada tahun ini angka tersebut melesat tinggi menjadi sebesar Rp500 triliun.

“Ini merupakan penambahan yang sangat besar yang diperoleh dari windfall tadi. Kami tidak punya banyak pilihan selain mempertahankan daya beli masyarakat. Sebagai hasilnya, tingkat kemiskinan cenderung tidak bertambah atau berkurang,” tuturnya.

Anak buah Sri Mulyani itu lantas mencoba membandingkan situasi itu dengan sejumlah negara berkembang yang tidak seberuntung Indonesia.

“Tidak banyak negara yang menikmati kemewahan ini, dan itu sangat jelas. Mereka bahkan tengah dihadapi oleh ancaman malnutrisi karena harus berjuang untuk mendapatkan pasokan bahan pangan dan energi. Terlebih, banyak negara juga tidak memiliki cukup devisa untuk membeli beberapa produk karena harganya meningkat dan suplainya juga terbatas,” tegas dia.

Dalam catatan VOI, berkah peningkatan harga komoditas dunia seperti batu bara dan minyak sawit membuat sektor pendapatan Indonesia meningkat. Kementerian Keuangan melaporkan bahwa dalam Undang-Undang APBN 2022 target pendapatan negara adalah sebesar Rp1.846,1 triliun.

Angka ini kemudian dikoreksi ke atas menjadi Rp2.226,6 triliun melalui Perpres 98/2022. Malahan, beberapa waktu lalu pemerintah kembali mengeluarkan outlook bahwa pendapatan APBN tahun ini bisa menembus hingga Rp2.436,9 triliun.

Meski demikian, sektor belanja negara juga ikut menggelembung mengingat beban subsidi yang bertambah dan mandatori undang-undang terkait dengan alokasi anggaran pendidikan dan transfer ke daerah.