Bagikan:

JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan bahwa Indonesia cukup beruntung dalam menghadapi situasi sulit penuh tekanan saat ini. Pasalnya, sebagai negara yang banyak menghasilkan sumber daya alam (natural resources), RI punya kemampuan lebih untuk bisa mengatasi persoalan.

Pertama, kenaikan harga komoditas utama seperti batu bara dan minyak sawit tidak berimplikasi terhadap kebutuhan nasional. Malahan, Indonesia bisa memperoleh keuntungan dari volatilitas harga karena menjadi salah satu negara utama pengekspor komoditas alam tersebut.

Kedua, margin yang didapat bisa digunakan untuk mencukupi dana subsidi energi masyarakat seperti BBM, listrik, dan LPG. Demikian yang disampaikan oleh Menkeu saat berbicara dalam diskusi bertajuk G20 Digital Transformation.

“Oleh karena itu kami menikmati ‘durian runtuh’ (windfall) dari pendapatan komoditas,” ujarnya melalui saluran virtual pada Kamis, 30 Juni.

Menurut Menkeu, situasi yang dihadapi sekarang cukup mendukung rencana pemerintah untuk membawa keuangan negara kembali ke level normal pada 2023 mendatang.

“Ini tidak begitu berdampak signifikan terhadap bujet (APBN), dan upaya kami untuk melakukan penyehatan APBN dapat terus berlangsung. Malahan, kami yakin akan menjadi lebih kuat dengan defisit anggaran yang lebih rendah,” tuturnya.

Lebih lanjut, Sri Mulyani menjelaskan kesehatan APBN sangat diperlukan untuk menjaga kredibilitas pemerintah sekaligus melaksanakan program strategis nasional.

“Indonesia di saat yang bersamaan bisa memberikan perlindungan kepada masyarakat dan juga meneruskan proses pemulihan ekonomi,” tegas dia.

Sebagai informasi, pemerintah mempunyai misi besar untuk mengembalikan defisit anggaran ke di bawah 3 persen PDB pada tahun depan setelah sebelumnya diperlebar hingga kisaran level 5 persen PDB sejak awal pandemi 2020.

VOI mencatat, pembahasan asumsi makro RAPBN 2023 antara pemerintah dan DPR menetapkan belanja negara sebesar Rp2.266,7 triliun hingga Rp2.398,8 triliun.

Sementara untuk sisi pendapatan diproyeksi bisa meraup hingga nilai Rp1.884,6 triliun sampai dengan Rp1.967,4 triliun.

Artinya, defisit APBN 2023 ditarget bisa melandai hingga Rp380,1 triliun hingga Rp427,3 triliun atau di bawah 3 persen.

Indikasi kuat pencapaian cita-cita itu masih terus terjaga apabila melihat realisasi APBN terbaru edisi Mei 2022. Dalam pemaparan pekan lalu, Sri Mulyani malahan menyebut keuangan negara dalam kondisi surplus Rp132,2 triliun.

Torahan itu dicapai karena pendapatan APBN yang lebih besar dengan Rp1.070,4 triliun dibandingkan sektor belanja yang sebesar Rp938,2 triliun.