Bagikan:

JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani direncanakan bakal menggelar konferensi pers terkait dengan capaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 terbaru. Berdasarkan informasi yang diperoleh, Menkeu bakal memaparkan postur APBN edisi Agustus 2022.

“Konferensi Pers APBN KiTa Edisi September 2022 (untuk periode Agustus) akan menghadirkan narasumber Menteri Keuangan, Wakil Menteri Keuangan, dan Pejabat Eselon I,” demikian sumber internal redaksi dalam keterangan tertulis, Senin, 26 September.

Lantas, bagaimana sebenarnya gambaran keuangan negara berdasarkan rapor terakhir?

VOI mencatat bahwa kinerja APBN pada sepanjang tahun ini tergolong cukup mumpuni. Hal itu tercermin dari capaian surplus yang masih bertahan sejak Januari hingga Juli 2022.

Torehan apik tersebut utamanya ditopang oleh dua hal. Pertama, sektor penerimaan negara yang tengah ketiban durian runtuh alias windfall akibat meningkatnya harga komoditas.

Kedua, kinerja ekspor-impor RI yang masih terus mencatatkan surplus neraca perdagangan dengan rekor 28 bulan berturut-turut.

Alhasil, APBN Januari membukukan surplus Rp28,9 triliun. Diikuti kemudian surplus pada Februari sebesar Rp19,7 triliun, Maret surplus Rp10,3 triliun, April surplus Rp103,1 triliun.

Lalu, Mei surplus sebesar Rp132,2 triliun, Juni surplus Rp73,6 triliun dan Juli surplus sebesar Rp106,1 triliun.

Atas hasil positif itu, maka rencana penarikan utang untuk menambal defisit anggaran tahun ini menurun drastis. Disebutkan bahwa hingga Juli 2022 realisasi pembiayaan APBN adalah sebesar Rp236,9 triliun.

Jumlah tersebut menurun tajam jika dibandingkan dengan periode yang sama 2021 sebesar Rp468,8 triliun.

Pemerintah sendiri telah mengeluarkan outlook untuk defisit APBN tahun ini adalah sebesar 3,92 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka tersebut jauh lebih baik dari 2021 yang sebesar 4,57 persen PDB dan 2020 sebesar 6,14 dari PDB.

Adapun, untuk tahun depan APBN akan kembali disehatkan dengan target defisit di bawah ketentuan 3 persen, yakni sebesar 2,84 persen dari PDB.

Meski demikian, Menkeu Sri Mulyani beberapa waktu lalu sempat mengirim sinyal bahwa tren surplus APBN akan berakhir pada pertengahan paruh kedua 2022.

“Mungkin bisa berubah (surplus menjadi defisit) di Agustus atau September karena pemerintah harus membayar biaya subsidi kepada Pertamina,” ujar dia dalam sebuah kesempatan.