Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sampai akhir Mei 2024 defisit sebesar Rp21,8 triliun atau setara dengan 0,10 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Sri Mulyani menyampaikan defisit pada Mei 2024 saat ini masih sesuai jalur lantaran APBN 2024 dirancang defisit 2,29 persen dan kinerja APBN saat ini tidak terlepas dari ketidakpastian global.

"Overall balance, kita sudah mengalami defisit Rp21,8 triliun atau 0,1 persen. APBN 2024 adalah APBN yang didesain oleh pemerintah dan disetujui DPR untuk dilaksanakan di 2024 ini, di mana postur 2024 defisitnya adalah 2,29 persen dari PDB," katanya dalam konferensi pers kondisi fundamental ekonomi terkini dan rencana APBN 2025, Senin, 24 Juni.

Oleh sebab itu, Sri Mulyani menyampaikan jika terjadi defisit 0,10 persen masih sesuai jalur lantaran APBN 2024 dirancang defisit 2,29 persen.

"Jadi kalau sekarang masih 0,1 persen ini kita masih relatif on track dengan total overall balance tahun ini yang menurut UU APBN 2024 adalah didesain dengan defisit 2,29 persen," tuturnya.

Sri Mulyani menjelaskan hingga Mei 2024, pendapatan negara baru terkumpul Rp1.123,5 triliun atau turun 7,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan penerimaan pajak tercatat Rp896,5 triliun atau kontraksi 8,4 persen (yoy).

"Kita lihat pendapatan negara sampai akhir Mei 2024 memang mengalami tekanan yaitu growth-nya negatif 7,1 persen, terdiri dari penerimaan pajak yang mengalami kontraksi 8,4 persen, PNBP kita juga mengalami penurunan 3,3 persen, kemudian kepabeanan dan cukai mengalami kontraksi 7,8 persen," ujarnya.

Sri Mulyani menyampaikan penurunan pendapatan negara disebabkan karena harga-harga komoditas mengalami kontraksi sehingga penerimaan pajak berkurang. Oleh sebab itu, pihaknya terus melakukan berbagai langkah penyesuaian.

"Kami terus melakukan langkah-langkah bersama kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dari sisi transfer agar kita tetap menjaga prioritas pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, namun tidak membuat APBN menjadi sumber vulnerabilities," tuturnya.

Sri Mulyani menyampaikan saat pendapatan negara turun, belanja negara sampai akhir Mei 2024 telah mencapai Rp1.145,3 triliun. Adapun belanja negara terdiri dari belanja K/L, belanja non K/L dan transfer ke daerah.

"Dalam hal Mei ini primary balance kita masih surplus Rp184,2 triliun. Ini masih sangat tinggi surplus dari primary balance," ujar Sri Mulyani.