Jangan Khawatir! Pembelian Elpiji 3 Kg Belum Pakai MyPertamina
Ilustrasi (Foto: Dok Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menegaskan, pihaknya belum akan menerapkan syarat pembelian elpiji 3 kilogram (Kg) kepada masyarakat melalui aplikasi MyPertamina.

"Kami masih dalam pengembangan sistem, jadi belum akan kami lakukan registrasi," ujar Irto kepada wartawan, Kamis, 30 Juni.

Irto meminta masyarakat agar tidak khawatir mengenai isu pembelian elpiji subsidi menggunakan MyPertamina.

Pasalnya, kata dia, sejauh ini pengaturan belanja bahan bakar melalui aplikasi MyPertamina hanya dikhususkan untuk BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar yang dijual di SPBU.

Mulai 1 Juli 2022 Pertamina akan membuka pendaftaran bagi konsumen yang hendak membeli BBM bersubsidi dengan platform MyPertamina di 11 kabupaten dan kota yakni, Kota Padang Panjang, Kabupaten Agam, dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat; Kota Bandung, Kota Sukabumi, Kota Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat; Kota Banjarmasin di Kalimantan Selatan; Kota Yogyakarta; dan Kota Manado di Sulawesi Utara.

Syarat pembelian BBM bersubsidi melalui MyPertamina bertujuan agar penyaluran BBM bersubsidi bisa lebih tepat sasaran dan diharapkan dapat menekan kuota agar tidak melebihi batas yang sudah ditetapkan pemerintah.

Pada 2022 prognosa realisasi Pertalite mencapai sekitar 28 juta kiloliter (KL), sedangkan pada tahun ini kuotanya 23,05 juta KL, dan hingga Mei 2022 realisasi penyaluran Pertalite telah melebihi kuota sebesar 23 persen.

Adapun prognosa Solar bersubsidi mencapai 17,2 juta kiloliter pada 2022, sedangkan tahun ini kuota yang diberikan 14,91 juta kiloliter.

Hingga Mei 2002, realisasi subsidi telah melebihi kuota sebesar 11 persen.

Pertamina menyatakan, BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar saat ini masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat golongan menengah ke atas dengan komposisi hampir 60 persen, orang kaya menikmati hampir dari 80 persen dari total konsumsi BBM subsidi.

Sedangkan masyarakat miskin dan rentan atau 40 persen terbawah hanya menikmati sekitar 20 persen dari BBM bersubsidi tersebut.