Buka-bukaan di Depan Konglomerat Hermanto Tanoko, Investor Kawakan Lo Kheng Hong Sebut Saham Bank Digital Mengerikan: Perusahaan Rugi yang Valuasinya Mahal
Lo Kheng Hong. (Foto: Tangkap layar channel YouTube Hermanto Tanoko)

Bagikan:

JAKARTA - Investor kawakan Lo Kheng Hong buka-bukaan perihal investor saham yang ramai-ramai menyerbu saham bank digital dan teknologi. Menurut pria yang disebut sebagai Warren Buffet Indonesia ini, dia sendiri tidak berani menyentuh saham-saham bank digital dan teknologi tersebut.

Lo Kheng Hong mengatakan, kenaikan saham yang luar biasa yang dialami saham bank digital tidak didukung dengan fundamental atau dengan laba yang besar. Menurut pria yang akrab disapa Pak Lo ini, hal tersebut sangat mengerikan.

"Itu sangat mengerikan, misalnya perusahaan rugi yang valuasinya mahal sekali, saya tidak berani sentuh," ungkap Lo Kheng Hong dalam podcast bos Avian, konglomerat Hermanto Tanoko, dikutip Kamis 2 Juni.

Pak Lo lebih lanjut mengatakan, investor saham jangan hanya memikirkan harga yang naik saat berinvestasi pada saham teknologi dan bank digital, tetapi juga harus diingat risikonya. Dia juga menyayangkan jika ada investor yang telah berinvestasi di saham-saham wonderful company, tetapi mengalihkan investasinya ke saham-saham bank digital dan teknologi untuk mengejar keuntungan secepatnya.

"Kalau saham-saham yang wonderful company, dia (investor) tukar ke saham bank digital dan teknologi, itu tragedi buat dia," katanya.

Menurut Pak Lo, saham-saham bank digital dan teknologi memiliki risiko yang tinggi dengan keuntungan atau gain yang rendah atau high risk, low gain. Ia pun mengakui, lebih memilih saham yang low risk high gain.

"Orang yang tahu, dia bisa membeli saham low risk high gain. Tapi orang yang tidak tahu, orang awam, orang baru, dia bisa membeli saham yang high risk low gain karena mereka ikut-ikutan," ucapnya.

Lo Kheng Hong menyukai saham-saham di sektor komoditas, batu bara, kelapa sawit, perbankan, dan properti. Sementara itu, saham di sektor consumer goods menurutnya memiliki valuasi yang mahal, meskipun banyak perusahaan bagus di sektor tersebut.

"Saham consumer goods, perusahaan yang bagus. Cuma valuasinya mahal, jadi saya belum membelinya," ujarnya.