Di Depan Bos Cat Avian Konglomerat Hermanto Tanoko, Lo Kheng Hong <i>Ngaku</i> Punya Prinsip Tidak Mau Berutang dalam Berinvestasi di Saham
Lo Kheng Hong. (Foto: Dok. ardiarmandanu.com)

Bagikan:

JAKARTA - Investor kawakan Lo Kheng Hong punya prinsip tidak mau berutang, terutama dalam berinvestasi di saham. Namun benarkah dirinya sama sekali tak pernah berutang?

Konglomerat asal Surabaya yang juga bos Cat Avian, Hermanto Tanoko dalam podcast di kanal YouTube pribadinya menanyakan menanyakan hal tersebut kepada Lo Kheng Hong.

"Itu (tidak berutang) dimulai sejak awal Pak Lo berinvestasi saham?" tanya Hermanto Tanoko dikutip, Jumat 1 Juli.

Lo Kheng Hong pun menjawab pertanyaan tersebut. Dan Pak Lo, sapaan akrabnya, ternyata juga pernah berutang di awal-awal perjalanannya sebagai investor di saham.

"Oh, dulu saya ada berutang Pak, ketika uang saya masih kecil. Tapi setelah besar ini, saya tidak berani berutang," ungkap pria yang disebut sebagai Warren Buffet Indonesia ini.

Kemudian Hermanto Tanoko menanyakan saran apa dari Pak Lo bagi para penonton podcast-nya terkait bolehkah berutang atau tidak dalam berinvestasi saham.

"Saya kan tidak berutang, tentu nasihat saya sebagai seorang investor saham sebaiknya tidak berutang. Bukan berarti berutang enggak ada manfaatnya. Berutang bisa juga, kalau market booming kan labanya meningkat banyak," kata Lo Kheng Hong memberikan saran.

[/see_also]

- https://voi.id/ekonomi/174027/uang-investor-kawakan-lo-kheng-hong-pernah-hilang-90-persen-saat-berinvestasi-di-saham-tapi-saya-masih-kaya-dengan-10-persen-sisanya

- https://voi.id/ekonomi/172189/investor-kawakan-lo-kheng-hong-tak-percaya-kalau-harga-saham-perusahaan-bagus-tidak-akan-naik

- https://voi.id/ekonomi/169578/investor-kawakan-lo-kheng-hong-sebut-saham-adalah-pilihan-investasi-terbaik-tapi-hal-ini-belum-dipercaya-sebagian-besar-masyarakat-indonesia

[/see_also]

Di sisi lain menurut Lo Kheng Hong, nilai di bursa naik itu akan terjadi terus. Pengecualian ada pada momen awal pandemi di April 2020 saat IHSG sampai tenggelam hingga level 3.900.

"Tiba-tiba yang jatuhin saham bukan suku bunga yang naik tapi virus yang bikin jatuhin harga saham. Kita kan enggak tahu. Jadi ada hal-hal yang di luar pikiran kita yang bisa membuat harga saham jatuh yang kita gak tahu. Itulah risikonya kita kalau berutang bisa habis waktu itu," tutur Lo Kheng Hong.