Investor Kawakan Lo Kheng Hong: Kalau Ada Orang yang Tukar Saham <i>Wonderful Company</i> dengan Bank Digital, Itu Tragedi Buat Dia
Lo Kheng Hong. (Foto: Dok. SDM ITB)

Bagikan:

JAKARTA - Investor kawakan di pasar saham, Lo Kheng Hong mengaku masih enggan membeli saham bank digital ataupun perusahaan teknologi. Pria yang disebut Warren Buffet Indonesia tersebut menyampaikannya saat menjadi tamu di podcast milik bos Cat Avian, konglomerat Hermanto Tanoko di kanal YouTube.

Hermanto Tanoko menanyakan pendapat Lo Kheng Hong mengenai saham-saham bank digital dan perusahaan teknologi. Hal itu mengingat banyak investor yang berminat menanamkan uangnya di perusahaan-perusahaan itu.

Bahkan, kata Hermanto, banyak juga yang melepas saham yang sudah dimilikinya untuk membeli saham perusahaan digital.

"Kalau dia, saham-saham dia, yang wonderful company, dia tukerin ke saham-saham bank digital dan teknologi itu tragedi buat dia," jawab Lo Kheng Hong, dikutip Senin 13 Juni.

Lebih lanjut dijelaskan Lo Kheng Hong, tragedi itu karena investor sudah memiliki saham perusahaan bagus tapi dijual dan membeli saham perusahaan yang rugi dengan valuasi yang mahal.

[/see_also]

- https://voi.id/ekonomi/174027/uang-investor-kawakan-lo-kheng-hong-pernah-hilang-90-persen-saat-berinvestasi-di-saham-tapi-saya-masih-kaya-dengan-10-persen-sisanya

- https://voi.id/ekonomi/172189/investor-kawakan-lo-kheng-hong-tak-percaya-kalau-harga-saham-perusahaan-bagus-tidak-akan-naik

- https://voi.id/ekonomi/169578/investor-kawakan-lo-kheng-hong-sebut-saham-adalah-pilihan-investasi-terbaik-tapi-hal-ini-belum-dipercaya-sebagian-besar-masyarakat-indonesia

[/see_also]

"Dia punya wonderful company, masuk ke perusahaan yang rugi dan valuasinya mahal, akhirnya pada turun. Jadi, kalau dia menjual saham-saham wonderful company dan dia masuk ke perusahaan teknologi dan digital itu tragedi buat dia," tegas Lo Kheng Hong.

Pria yang akrab disapa Pak Lo ini menilai, meski saham bank digital mengalami kenaikan yang luar biasa, tapi kenaikan itu tidak didukung dengan fundamental dan laba yang besar.

"Perusahaan rugi yang valuasinya mahal sekali, itu tentu kita enggak berani sentuh. Kita jangan pikirin naiknya, tapi kita harus pikirin turunnya, risikonya. Jadi kalau masuk perusahaan seperti itu bagi saya high risk low gain. Saya biasanya milih saham perusahaan yang low risk high gain," jelas Pak Lo.