Bagikan:

JAKARTA - Investor kawakan Lo Kheng Hong mengaku tidak ingin berinvestasi di sektor bank digital. Sebagai seorang investor "senior", pria yang dijuluki Warren Buffett Indonesia ini memilah-milah dalam berinvestasi, alias tidak di sembarang emiten.

"Di portofolio saya sama sekali tidak ada perusahaan digital, sangat mengerikan buat saya sebagai seorang value investor," ujar Lo Kheng Hong, dikutip dari akun Instagram @bca_sekuritas, Rabu 9 Februari.

Dalam diskusi virtual yang juga menghadirkan Presdir BCA Jahja Setiaatmadja dan Direktur BCA Vera Eve Lim itu, Lo Kheng Hong pun membandingkan perbedaan perusahaan digital seperti bank digital dengan bank pada umumnya yang menjadi pilihannya.

"Tidak mungkin dong saya beli bank kecil (digital), bank kecil aset di bawah Rp10 triliun tapi price to book 50 kali. Sedangkan ada bank yang asetnya Rp200 triliun hingga Rp300 triliun price to book hanya 0,5. Jadi, tidak mungkin saya beli perusahaan digital," katanya.

Menurutnya, rasio 50 kali itu tinggi sekali. Pria yang akrab disapa Pak Lo ini pun ogah melirik saham bank digital.

Apabila membeli perusahaan digital, Lo Kheng mengibaratkan seperti membeli Bajaj yang dijual dengan harga Mercy.

"Bajaj dijual harga Mercy saya tidak mau beli. Tapi kalau Mercy yang dijual harga Avanza saya mau beli," katanya.

Pak Lo pun sedikit membagikan tips investasi bagi investor dari generasi milenial yang baru saja berinvestasi saham. Ia memperingatkan generasi milenial untuk benar-benar memahami seluk-belum sebelum membeli saham sebuah perusahaan.

"Untuk nasabah milenial tentu saja kita harus memahami betul saham yang hendak kita beli. Harus melakukan riset dengan seksama sendiri, membaca laporan keuangan, annual report dan mencari tahu pertumbuhan serta valuasi perusahaan tersebut," jelas Lo Kheng Hong.

Pak Lo juga mengingatkan para calon investor untuk benar-benar paham dan berhati-hati dalam menjatuhkan pilihan untuk berinvestasi. Pasalnya, kata dia, bursa saham tidak memberi ampun pada investor yang tidak mengetahui betul apa yang dia beli.

Dia juga meminta agar investor jangan mudah percaya dengan pihak manapun yang mempromosikan suatu aset investasi. Menurutnya, keputusan akhir ada di tangan setiap investor.