JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 18 Maret diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Untuk diketahui mengutip Bloomberg, pada hari Senin, 17 Maret, Kurs rupiah spot di tutup turun 0,34 persen ke level Rp16.406 per dolar AS. Sementara itu, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup menguat 0,07 persen ke level harga Rp16.379 per dolar AS.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, menyampaikan meningkatnya pergolakan geopolitik di Timur Tengah, setelah AS melancarkan gelombang serangan udara terhadap pemberontak Houthi di Yaman sebagai balasan atas serangan mereka terhadap jalur pelayaran di Laut Merah.
"Namun tren ini dirusak oleh beberapa tanda kemajuan dalam perundingan gencatan senjata Rusia-Ukraina, dengan Presiden Donald Trump menyatakan bahwa ia akan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Selasa, 18 Maret.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump pada Minggu malam mengulangi ancamannya tentang tarif timbal balik dan sektoral yang akan dikenakan pada tanggal 2 April - sebuah langkah yang secara luas diperkirakan akan meningkatkan perang dagang global yang sedang terjadi.
Namun pasar tidak yakin tentang seberapa besar Trump akan berkomitmen pada tarif tersebut, mengingat bahwa ia telah mengubah langkah-langkah terhadap Kanada dan Meksiko pada awal bulan ini.
Ibrahim menyampaikan kedua negara, bersama dengan Tiongkok dan Uni Eropa, menguraikan tindakan balasan terhadap AS, dan diperkirakan akan memberlakukan tindakan yang lebih ketat terhadap tarif balasan Trump.
Menurutnya, kekhawatiran akan gangguan terkait perdagangan dan potensi lonjakan inflasi akibat tarif memicu kekhawatiran akan resesi AS.
"Fokus pasar minggu ini, antisipasi serangkaian pertemuan bank sentral minggu ini, terutama Federal Reserve, Bank of Japan, dan Bank of England. Tanggal produksi industri dan penjualan ritel AS juga ditetapkan untuk memberikan lebih banyak petunjuk tentang ekonomi terbesar di dunia," ujarnya.
Sementara dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2025 mencatatkan surplus selama 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 sebesar 3,12 miliar dolar AS.
Surplus neraca perdagangan bulan Februari 2025 lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya, namun lebih tinggi dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.
Sedangkan, surplus neraca perdagangan Februari 2025 ditopang oleh surplus pada komoditas non migas yang sebesar 4,84 miliar dolar AS. Disumbang oleh komoditas lemak dan minyak hewan/nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.
BACA JUGA:
Sedangkan, neraca perdagangan untuk komoditas migas menunjukkan defisit sebesar 1,72 miliar dolar AS, utamanya komoditas penyumbang defisit, yaitu hasil minyak dan minyak mentah.
Nilai ekspor Indonesia pada periode Februari 2025 tercatat senilai 21,98 miliar dolar AS atau naik sebesar 2,58 persen dibanding Januari 2025 yang sekitar 21,43 miliar dolar AS. Sedangkan secara year on year (yoy) ekspor Indonesia naik 14,05 persen dibanding bulan Februari 2024 sebesar 19,27 miliar dolar AS.
Nilai impor Indonesia pada Februari 2025 mencapai 18,86 miliar dolar AS atau naik 5,18 persen dibanding Januari 2025 yang tercatat 17,94 miliar dolar AS. Sedangkan jika dibandingkan Februari 2024, kinerja impor bulan ini tercatat naik sebesar 2,30 persen.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Selasa, 18 Maret 2025 dalam rentang harga Rp16.390 - Rp16.450 per dolar AS.