Erick Thohir Klaim Laba Konsolidasi BUMN Tembus Rp61 Triliun di 2021
Menteri BUMN Erick Thohir (DOK ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengklaim berhasil meningkatkan laba bersih konsolidasi BUMN secara signifikan selama 2021. Dari hanya Rp13 triliun pada akhir tahun 2020, laba bersih konsolidasi hingga triwulan ketiga di tahun 2021 sudah mencapai Rp61 triliun.

Selain itu, Erick mengatakan, program-program utama yang diinisiasi Kementerian BUMN selama 2021 juga telah berhasil dituntaskan dengan baik. Pencapaian kinerja secara maksimal tersebut meliputi sisi keuangan, operasional, dan tanggung jawab sosial kepada masyarakat.

"Atas nama seluruh pimpinan dan karyawan Kementerian serta para direksi perusahaan BUMN, kami bersyukur, dan alhamdulillah di akhir 2021 ini saya bisa menyampaikan kabar baik kepada masyarakat dan bangsa Indonesia. Meski kita semua terus berjuang menghadapi disrupsi akibat pandemi, kinerja positif kementerian BUMN tetap bisa ditingkatkan. Kinerja keuangan, operasional, dan tanggung jawab sosial yang dilakukan mencatat hasil terbaik," katanya, di Jakarta, Sabtu, 1 Januari.

Erick mengatakan bahwa peningkatan kinerja keuangan juga diikuti keberhasilan beberapa program utama yang menjadi tonggak agenda transformasi dan inovasi BUMN. Antara lain, terbentuknya Bank Syariah Indonesia (BSI) yang merupakan penggabungan tiga Bank Syariah milik Himbara yakni Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan BNI Syariah.

Dengan terbentuknya BSI, lanjut Erick, untuk pertama kalinya Indonesia memiliki Bank Syariah yang besar. Dengan total aset sekitar Rp 247 triliun, BSI menjadi bank nomor 7 terbesar di Indonesia sekaligus menjadi Bank Syariah berperingkat 11 di dunia. Hal ini jelas memperkuat posisi Indonesia sebagai negara dengan jumlah umat muslim terbanyak di dunia.

Erick mengatakan bahwa penggabungan lain yang dilakukan di sektor ultra mikro melalui merger BRI, Pegadaian, dan PNM juga menunjukkan komitmen KBUMN dalam mendorong pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan daerah. Dengan memberikan kemudahan akses permodalan untuk sektor UMKM dan Ultra Mikro diharapkan tulang punggung ekonomi Indonesia tersebut dapat naik kelas.

"Ini merupakan upaya nyata dari BUMN untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kerakyatan. Penggabungan sektor ultra mikro ini mendapat respon sangat bagus di market. Right issue BRI yang dilakukan pada September 2021 berhasil dilakukan dengan perolehan dana sebesar Rp96 triliun dan diakui sebagai right issue terbesar di ASEAN dan terbesar ke-3 di Asia. Pencapaian ini menunjukkan bahwa market optimis dan percaya dengan program transformasi yang dijalankan BUMN," lanjutnya.

Tak hanya itu, Erick mengatakan, Kementerian BUMN juga sukses menjalankan program restrukturisasi pada para BUMN agar lebih kuat dalam bersaing sesuai dengan core business-nya. Contohnya, kata Erick, di tubuh Pertamina.

Menurut Erick, dengan restrukturisasi operasional melalui pembentukan subholding, Pertamina ditargetkan menjadi perusahaan Global Energy Champion dan memiliki valuasi senilai 100 miliar dolar AS.

Di sektor logistik, lanjut Erick, BUMN terus melakukan terobosan untuk menekan biaya logistik di Indonesia yang masih lebih tinggi ketimbang negara-negara tetangga di Asia. Penggabungan Pelindo yang telah diupayakan selama 20 tahun telah berhasil pada Oktober 2021.

Dengan penyatuan tersebut, kata Erick, Pelindo kini menjadi operator terminal peti kemas nomor 8 terbesar di dunia dengan throughout 16,7 juta TEUs serta menjadi salah satu pemain utama pelabuhan dunia yang memiliki total aset Rp112 triliun. Penggabungan ini juga ditujukan untuk meningkatkan konektivitas dan efisiensi sehingga menurunkan biaya logistik nasional agar industri di Indonesia lebih kompetitif.

Salah satu tonggak bersejarah yang ditorehkan Kementerian BUMN di tahun 2021 menyangkut penyelesaian kasus Jiwaraya. Restrukturisasi yang diterapkan di perusahaan asuransi itu mampu menyelesaikan masalah lama yang tak kunjung usai. Jelang akhir tahun, sebanyak 230 ribu polis para nasabah tahap pertama Jiwasraya berhasil diselamatkan dan dipindahkan menjadi nasabah ke Indonesia Financial Group (IFG), Holding BUMN untuk sektor asuransi dan penjaminan.

"Tahap pertama penyelesaian polis asuransi nasabah Jiwasraya ke IFG tak hanya menjadi upaya pemerintah mengembangkan industri perasuransian agar tumbuh semakin sehat dan kuat, tapi lebih jauh lagi untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat. Hal ini penting untuk menciptakan daya saing bagi perusahaan asuransi Indonesia di segmen asuransi jiwa dan memberikan proteksi maksimal bagi masyarakat," jelas Erick Thohir.