JAKARTA - Sektor industri ritel modern menjadi salah satu sektor yang paling terdampak dengan adanya kebijakan terkait pandemi COVID-19. Seperti saat pemerintah menarik rem darurat, karena ritel harus ikut membatasi jumlah pengunjung. Namun, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) optimis bisnis eceran termasuk ritel modern dapat pulih pada kuartal II 2022.
Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey mengatakan pulihnya bisnis ritel bergantung pada penanggulangan pandemi COVID-19. Kata dia, ritel bakal pulih ketika pandemi sudah menjadi endemi. Hal tersebut juga harus didukung dengan peningkatan vaksinasi bagi seluruh masyarakat.
"Kita prediksi untuk recovery, kalau sekarang belum kita sebut recovery tapi di sektor ritel untuk hilirnya yang untuk konsumsi rumah tangga di ritel rumah tangga baru akan recovery di semester 2022. Asal dengan catatan pandemi sudah jadi endemi dan vaksinasi (dosis) 1-2 itu sudah di atas 80 persen," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Rabu, 22 Desember.
Roy berharap terjadi peningkatan vaksinasi hingga 80 persen baik dosis pertama maupun kedua agar bisa mendorong sektor tersebut pulih di 2022. Optimisme pemulihan sektor ritel, kata Roy, juga didorong momen Hari Raya Idulfitri 2022.
"Kita harap ini tentunya dapat terealisasi sehingga paruh waktu kedua 2022 ritel bisa recovery. Ini bersamaan tentunya dengan bulan suci Ramadan atau Idulfitri sampai kepada akhir 2022 sudah recovery," jelasnya.
Roy mengatakan optimisme tersebut tercipta meskipun saat ini Indonesia dan negara lainnya masih menghadapi pandemi COVID-19. Bahkan, ancaman baru dengan muncul varian Omicron. Namun, kondisi ritel saat ini sudah membaik dibuktikan dengan adanya peningkatan dari kuartal sebelumnya.
BACA JUGA:
"Dalam suasana pengetatan menjaga kita supaya Omicron tidak merebak. Saat ini, kita memang ada pertumbuhan dibandingkan kuartal sebelumnya," katanya.
Lebih lanjut, Roy mengatakan pada saat ekonomi Indonesia tumbuh 3,51 persen para kuartal III 2021, bisnis ritel modern pada dasarnya juga tumbuh di kisaran 2,5 hingga 3 persen.
Meski begitu, kata Roy, kondisi ini turun bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2021 yang mencapai 7,07 persen dan pertumbuhan bisnis ritel yang sebesar 4,5 hingga 5 persen.
"Di ritel kita bisa tumbuh 3-3,5 persen lebih baik dari kuartal III 2021 tentu ini peran bersama kita jaga protokol kesehatan. Kaitannya proyeksi 2022 sama seperti sektor lain sangat tergantung dengan penanggulangan COVID-19," ucapnya.