Perusahaan Menara Milik Konglomerat Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno Raup Pendapatan Rp4,56 Triliun di Kuartal III 2021
Konglomerat Edwin Soeryadjaya bersama dengan Sandiaga Uno. (Foto: Instagram @sandiuno)

Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan menara telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mencatatkan kinerja yang cemerlang di sembilan bulan pertama tahun ini. Pendapatan dan laba bersih emiten yang dikendalikan oleh bos Saratoga konglomerat Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno ini tumbuh di kuartal III 2021.

Dalam laporan keuangan TBIG, dikutip Kamis 9 Desember, perseroan mencatatkan pendapatan Rp4,56 triliun di kuartal III 2021 naik 15,84 persen dibanding kuartal III 2020 yang sebesar Rp3,93 triliun. Sementara laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk mencapai Rp1,08 triliun, naik 44,57 persen dari sebelumnya Rp747,46 miliar.

Direktur Utama Tower Bersama Infrastructure Hardi Wijaya Liong mengatakan perseroan berupaya melakukan pertumbuhan organik karena operator telekomunikasi memperkuat jaringan mereka di seluruh negeri.

"Pada kuartal ketiga tahun ini, kami menambahkan 801 penyewaan kotor organik yang terdiri dari 347 sites telekomunikasi dan 454 kolokasi," ujar Hardi Wijaya.

Sebagai informasi, TBIG memiliki 37.983 penyewaan dan 20.049 site pada kuartal III 2021. Site telekomunikasi milik perseroan terdiri dari 19.938 menara telekomunikasi dan 111 jaringan DAS.

Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 37.872, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,90. Selain itu, saldo kas perseroan telah mencapai Rp842 miliar, maka total pinjaman bersih menjadi Rp26,3 triliun dan total pinjaman senior bersih menjadi Rp10,57 triliun.

Adapun rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 1,9 kali dan total pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,7 kali.

Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso menambahkan bila perseroan masih memiliki struktur utang yang sangat kuat. Begitu juga sumber pendanaan yang terlindung nilai sepenuhnya, sumber pendanaan yang terdiversifikasi, dan komitmen atas ketersediaan dari pinjaman yang belum ditarik.

"Pada akhir Oktober, kami menetapkan penawaran surat utang dengan jumlah keseluruhan sebesar 400 juta dolar AS dengan tingkat suku bunga 2,80 persen Surat Utang Tanpa Jaminan Yang Didahulukan, yang merupakan spread paling minimal dari obligasi korporasi non-BUMN Indonesia,” katanya.

Helmy menambahkan, TBIG juga terus secara reguler mengakses pasar obligasi rupiah melalui program Obligasi Rupiah Berkelanjutan V dengan jumlah total hingga Rp15 triliun, yang berlaku sampai Agustus 2023.