Erick Thohir: Saya Jadi Menteri ketika Kereta Cepat Jakarta-Bandung Sudah 60 Persen, Masa Harus Berhenti? Jadi Besi Tua dong
Menteri BUMN, Erick Thohir. (Foto: Dok. Kementerian BUMN)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) membutuhkan dukungan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Jika tidak diberikan dukungan, proyek yang sudah berjalan lebih dari 60 persen tersebut akan menjadi besi tua.

"Ini waktu saya masuk (jadi Menteri BUMN), proyek KCJB sudah 60 persen lebih. Masa harus berhenti? Ya berarti kalau berhenti, uangnya sudah terbakar. Semuanya jadi besi tua," katanya dalam acara Kick Andy Show, dikutip Senin, 15 November.

Menurut Erick, saat ini struktur pembiayaan proyek sudah diperbaiki. Sehingga bisa meminta pernyataan modal negara (PMN) dan restrukturisasi, yang awalnya hanya mengandalkan pembiayaan dari mekanisme pasar.

Lebih lanjut, Erick mengatakan bahwa pengerjaan proyek tersebut, akan dilanjutkan setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani menyetujui pengucuran PMN dari APBN senilai Rp4,3 triliun melalui PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Seperti diketahui, proyeksi kebutuhan dana proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tersebut membengkak sekitar Rp27 triliun dari perhitungan awal.

"Enggak bisa b to b (Business to business). Ini harus ada penugasan dan itu kita presentasi secara terbuka. Tidak ada hengki pengki," jelasnya.

Tak akan balik modal dalam waktu cepat

Selain itu, Erick Thohir mengakui bahwa proyek KJCB tidak akan balik modal dalam waktu cepat. Hal tersebut menganggapi pernyataan Ekonom Faisal Basri yang mengatakan bahwa proyek KCJB tak akan balik modal hingga kiamat.

Lebih lanjut, Erick mengatakan bahwa investasi infrastruktur memang bersifat jangka panjang. Kata dia, manfaat proyek KCJB pun akan dirasakan bukan sekarang namun dalam waktu bisa 30 hingga 40 tahun lagi.

"Ya memang (manfaat) proyek infrastruktur itu lama. Kita enggak akan merasakan sampai kita meninggal, mungkin yang menikmati anak dan cucu kita," ucapnya.

Erick mengaku bahwa tidak menyalakan pandangan Faisal Basri. Namun, dalam proyek harus dipikirkan permintaan dan penawaran atau supply dan demand. Karena itu, dia mengaku tak ingin berdebat.

"Saya enggak bilang pengamat itu salah. Tapi harus ada pemikiran supply dan demand. Saya enggak mau debat, karena saya bukan ahli ekonomi," jelasnya.