JAKARTA - Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) belakangan ini menjadi sorotan publik lantaran video viral robohnya tiang atau pier proyek KCJB yang menimpa salah satu ekskavator. Sebelumnya, proyek ini juga menjadi sorotan karena biayanya mengalami pembengkakan.
Rektor Univesitas Pramadina Didik Rachbini mengatakan bahwa pemerintah tidak akan menghentikan proyek KCJB meskipun proyek ini banyak polemiknya. Menurut dia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan meneruskan proyek tersebut apapun risikonya.
"Pak Jokowi tidak akan pernah memberhentikan ini, apalagi sudah jalan. Jadi risiko apapun akan diteruskan. Saya tidak melihat tanda-tanda berhenti," katanya, dalam diskusi virtual, Kamis, 9 Desember.
Didik mengatakan bahwa dirinya pun ikut mengkritik proyek tersebut. Sebab, menurut dia, proyek ini akan menambah beban utang negara meskipun tidak melalui anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
"Sebagai masyarakat yang paham tentang ekonomi project infrastruktur kan melakukan kritik. Ini akan menambah iCore kita, utangnya banyak meskipun tidak lewat APBN. Tapi ini utang infrastuktur yang bengkak itu punya pengaruh terhadap ekonomi dan nanti kita tidak menikmati apa-apa. Nanti terkuras sebelum menerima hasil ini karena periodenya panjang," jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) membutuhkan dukungan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Jika tidak diberikan dukungan, proyek yang sudah berjalan lebih dari 60 persen tersebut akan menjadi besi tua.
"Ini waktu saya masuk (jadi Menteri BUMN), proyek KCJB sudah 60 persen lebih. Masa harus berhenti? Ya berarti kalau berhenti, uangnya sudah terbakar. Semuanya jadi besi tua," katanya dalam acara Kick Andy Show, dikutip Senin, 15 November.
Menurut Erick, saat ini struktur pembiayaan proyek sudah diperbaiki. Sehingga bisa meminta pernyataan modal negara (PMN) dan restrukturisasi, yang awalnya hanya mengandalkan pembiayaan dari mekanisme pasar.
Lebih lanjut, Erick mengatakan bahwa pengerjaan proyek tersebut, akan dilanjutkan setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani menyetujui pengucuran PMN dari APBN senilai Rp4,3 triliun melalui PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Seperti diketahui, proyeksi kebutuhan dana proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tersebut membengkak sekitar Rp27 triliun dari perhitungan awal.
BACA JUGA:
"Enggak bisa b to b (business to business). Ini harus ada penugasan dan itu kita presentasi secara terbuka. Tidak ada hengki pengki," jelasnya.
Tak akan balik modal dalam waktu cepat
Selain itu, Erick Thohir mengakui bahwa proyek KJCB tidak akan balik modal dalam waktu cepat. Hal tersebut menanggapi pernyataan Ekonom Faisal Basri yang mengatakan bahwa proyek KCJB tak akan balik modal hingga kiamat.
Lebih lanjut, Erick mengatakan bahwa investasi infrastruktur memang bersifat jangka panjang. Kata dia, manfaat proyek KCJB pun akan dirasakan bukan sekarang namun dalam waktu bisa 30 hingga 40 tahun lagi.
"Ya memang (manfaat) proyek infrastruktur itu lama. Kita enggak akan merasakan sampai kita meninggal, mungkin yang menikmati anak dan cucu kita," ucapnya.
Erick mengaku bahwa tidak menyalahkan pandangan Faisal Basri. Namun, dalam proyek harus dipikirkan permintaan dan penawaran atau supply dan demand. Karena itu, dia mengaku tak ingin berdebat.
"Saya enggak bilang pengamat itu salah. Tapi harus ada pemikiran supply dan demand. Saya enggak mau debat, karena saya bukan ahli ekonomi," jelasnya.