Kaleidoskop 2023: Jalan Panjang Kereta Cepat Whoosh, Dikaji Era SBY dan Diresmikan Jokowi
Presiden Joko Widodo (tengah) memberikan keterangan usai peresmian Kereta Cepat Whoosh di Stasiun Padalarang, Jabar, Senin (2/10/2023). (Foto: Dok. ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang kini bernama Whoosh dan sudah resmi beroperasi di tahun ini, ternyata nyaris mangkrak. Perjalanan pembangunanya pun diwarnai dengan pro kontra.

Salah satunya mengenai besarnya biaya yang dikeluarkan.

Mengutip berbagai sumber, proyek Kereta Cepat Whoosh ini mulai dikaji saat era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Namun, peletakan batu pertamanya atau groundbreaking hingga diresmikan pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pada Maret 2015, Presiden Jokowi menyetujui proyek ini.

Namun, pemerintah menolak proposal yang diajukan KCJB lantaran di dalamnya dijelaskan bahwa sumber pendanan proyek ini berasal dari kas negara.

Rini Soemarno sebagai Menteri BUMN saat itu, mengubah keputusan dan memutuskan melanjutkan pembangunan proyek kereta cepat ini di Oktober 2015.

Kemudian, Rini pun menunjuk perusahaan asal China untuk menjadi rekan pembangunan proyek ini.

Pembentukan KCIC

Pada 16 Oktober 2015, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) didirikan sebagai perusahaan yang akan menaungi proyek kereta cepat pertama di Indonesia tersebut.

Dilansir dari laman resmi KCIC.co.id, KCIC merupakan perusahana hasil patungan antara konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang membentuk PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), dan konsorsium perusahaan perkeretaapian China, melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd.

Di tahun 2016, pemerintah pun memutuskan Whoosh ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 3 Tahun 2016. Proyek ini pun resmi dimulai pada 21 Januari 2016 silam dengan ditandai peletakan batu pertama oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pembiayaan Proyek

Perjalanan pembangunan proyek kereta cepat ini diwarnai dengan pro kontra. Terutama terkait besaran biaya yang dikeluarkan. Pasalnya, biaya proyek yang awalnya diperkirakan Rp86,67 triliun menjadi Rp114,24 triliun atau membengkak Rp27,09 triliun.

Pembangunan proyek Kereta Cepat Whoosh diperoleh dari dana pinjaman China Development Bank (75 persen). Sedangkan 25 persen merupakan setoran modal pemegang saham, yaitu gabungan dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) (60 persen) dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd. (40 persen).

Permerintah pun memutuskan untuk jaminan atas utang untuk menutupi pembekakan proyek kereta cepat. Jaminan ini melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 89 Tahun 2023.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan penjaminan di sini bukan APBN yang menjamin utang proyek kereta cepat. Namun, pemerintah menujuk PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai pemegang saham KCIC menambal melalui PMN senilai Rp3,2 triliun yang diterimanya.

Namun, sambung Kartika, dana tambalan dari PMN KAI tersebut bersifat pinjaman dari KAI kepada KCIC. Sementara sisanya, KAI akan meminjam kepada China Development Bank (CDB).

“Kalau secara kemampuan bayar KAI kan lebih kuat ya. Sehingga kami merasa bahwa KAI cukup sehat untuk melakukan pendugasan untuk yang cost overrun-nya ini dalam bentuk equity-nya itu,” ujarnya di Gedung DPR, Kompleks Parleman, Senayan, Jakarta, Rabu, 20 September.

Proyek Tidak Bisa Dihentikan

Proyek yang awalnya ditargetkan selesai pada 2019, nyatanya molor. Meski begitu pada 2021 lalu, Menteri BUMN Erick Thohir menekankan bahwa proyek kereta cepat ini tidak akan dihentikan.

Erick mengatakan saat dirinya ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Menteri BUMN, pembangunan proyek tersebut sudah berjalan 60 persen.

"Ini waktu saya masuk (jadi Menteri BUMN), proyek KCJB sudah 60 persen lebih. Masa harus berhenti? Ya berarti kalau berhenti, uangnya sudah terbakar. Semuanya jadi besi tua," katanya dalam acara Kick Andy Show, Senin, 15 November 2021.

Progres Pembangunan hingga Resmi Beroperasi di 2023

Pemerintah terus menggenjot percepatan pembangunan proyek kereta cepat ini. Pada Januari hingga Februari 2023, Rangkaian Electric Multiple Unit (EMU) kereta cepat mulai dikirimkan dari China ke Indonesia.

Per Februari 2023, pembangunan proyek Kereta Cepat sudah mencapai 84 persen, dan sisa proyek pembangunan yang dikerjakan adalah bagian tersulit. Pemerintah menargetkan transportasi massal ini bisa beroperasi pada Juni 2023.

Kemudian pada Mei, KCIC menyampaikan overhead catenary system (OCS) atau listrik aliran atas Kereta Api Cepat Jakarta Bandung (KCJB) mulai dialiri daya listrik pada 18 Mei 2023.

Rencana operasional yang awalnya Juni mundur, dan pemerintah menergetkan kembali kereta cepat bisa beroperasi pada Agustus sebagai kado HUT RI. Namun, lagi-lagi gagal dan molor ke Oktober 2023.

Jelang beroperasi, KCIC terus melakukan Testing & Commissioning untuk memastikan kesiapan pengoperasian Kereta Cepat.

Pengujian dilakukan menggunakan Comprehensive Inspection Train atau Kereta Inspeksi dengan cepatan 180 km per jam dan terus ditingkatkan kecepatannya secara bertahap, hingga mencapai puncak kecepatan teknisnya di 385 km per jam.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menerbitkan izin operasi sarana perkeretaapian umum untuk kereta cepat melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 114 Tahun 2023 tentang Izin Operasi Sarana Perkeretaapian Umum PT Kereta Api Cepat Indonesia-China (KCIC).

KCIC buka uji coba gratis naik kereta cepat untuk masyarakat. Antusiasme masyarakat sangat tinggi. Selama tiga hari uji coba dari Jumat 15 September sampai hari Minggu 17 September, Kereta Cepat telah mengangkut 4.552 penumpang baik yang berangkat dari Tegalluar atau dari Halim Perdanakusuma.

Pada 2 Oktober, akhirnya mimpi Indonesia untuk memiliki Kereta Cepat terwujud. Moda transportasi yang awalnya dikenal dengan nama Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) ini resmi beroperasi dan diberi nama Whoosh.

“Dengan mengucap bismillahirahmanirahin, Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh, saya nyatakan dioperasikan,” kata Presiden Jokowi saat peresmian di Stasiun KCJB Halim, Jakarta, 2 Oktober.